Sabtu, 23/11/2024 05:25 WIB

Lewat KWT, Ibu-ibu Kini Bisa Jadi Penopang Ekonomi Keluarga

Keberadaan Kelompok Wanita Tani (KWT) ternyata menjadi angin segar bagi para ibu-ibu rumah tangga

Siti Munifah selaku Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian saat melakukan kunjungan bersama media di kampung Liman Benawi, Trimurjo, Lampung Tengah, Jumat (06/03).

Lampung Tengah, Jurnas.com - Keberadaan Kelompok Wanita Tani (KWT) ternyata menjadi angin segar bagi para ibu-ibu rumah tangga. Pasalnya, melalui KWT mereka tidak hanya dapat menerapkan hidup sehat, mereka juga mampu menjadi penopang ekonomi keluarga.

Hal itu disampaikan Siti Munifah selaku Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian saat melakukan kunjungan bersama media di kampung Liman Benawi, Trimurjo, Lampung Tengah, Jumat (06/03).

Melihat adanya efek positif tersebut, Munifah menilai KWT harus mendapat dukungan dari seluruh elemen khususnya pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pertanian, sehingga ibu-ibu dapat berperan penting dalam membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat.

"Jadi kelompok wanita tani atau yang biasa dikenal dengan KWT ini adalah salah satu kelompok yang memang harus dibina terus oleh kementerian pertanian di pusta kemudian di provinsi, juga kabupaten hingga di tingkat kecamatan," kata Munifah.

Munifah menilai, dengan terus mendukung keberadaan KWT secara tidak lansung akan mendorong pengembangan pembangunan pertanian di level keluarga. "KWT ini penting. Oleh karena itu, KWT ini kita harus terus support, karena kalau dilakukan sungguh-sungguh pasti semuanya berimbas pada peningkatan pendapatan keluarga," ujarnya.

Selain itu, adanya KWT menurut Munifah, sekaligus membuat waktu para ibu-ibu lebih bermanfaat dan dihabiskan dengan aktivitas-aktivitas positif, bahkan bisa menambah pendapatan keuangan keluarga.

"Kita (ibu-ibu) punya waktu 24 jam, selepas mengantarkan anak sekolah, kalau KWT tidak diberikan aktivitas, maka waktu-waktu ibu mungkin hanya nonton sinetron yang isinya khayalan melulu, tidak menghasilkan uang, apa-apa.

Ia menambahkan bahwa beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam mendorong pembangunan pertanian di level keluarga melalui Opal dan KRPL.

"Kalau di Kementan ada program Opal Obor pangan Lestari dan KRPL (kawasan rumah pangan lestari) ini biasanya programnya diserahkan melalui dinas ketahanan pangan," tandas.ya.

"KWT ini adalah karya yang luar biasa, jadi mari kita terus kembangkan bersama," pungkasnya.

Senada dengan Munifah, Ketua FK KWT Lampung Tengah, Ellya Lusiana Loekman mengatakan, adanya KWT di Lampung Tengah membuat ibu-ibu kini memiliki pendapatan sendiri tanpa harus bergantung penuh pada sang suami.

"Lewat adanya KWT, perempuan-perempuan tidak lagi hanya jadi beban suami. Tapi jika mau ngirim anak sekolah, mau bayar kos tidak hanya ngatung (minta) karena sudah punya penghasilan sendiri," kata Ellya.

Selain itu, lanjut Ellya, yang juga merupakan istri dari Bupati Lamping Tengah, mengatakan bahwa KWT binaannya juga sudah bisa membuat pasar, di mana seluruh produk yang dipasarkan adalah prouduk-produk dari anggota-anggota KWT.

"KWT sudah membuat pasar di lima kecamatan. Dan itu sangat berdampak positif bagi seluruh warga tidak hanya ibu-ibu yang tergabung dalam KWT," ujarnya.

"Jadi tidak perlu meninggalkan anak untuk ke pasar karena pasarnya dekat. Dan juga hasil tani KWT bisa dipasarkan di pasar tersebut, sehingga menghasilkan uang untuk membantu ekonomi keluarga," tambahnya.

"Semua wanita bisa membantu untuk memenuhi kebutuhan keluarga."

KEYWORD :

Ekonomi Keluarga Kelompok Wanita Tani




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :