Para pialang saham di Wall Street Amerika Serikat
New York, Jurnas.com - Bursa saham Amerika Serikat Wall Street catat rekor buruk, yaitu anjlok terdalam sejak 1987 pada penutupan sesi awal pekan, Senin (16/3/2020) waktu setempat.
Bahkan salah satu indeks utama S&P 500 anjlok ke level terendah sejak 2018.
Investor khawatir pandemi coronavirus terbukti menjadi lawan yang lebih tangguh daripada bank sentral, anggota parlemen, atau Gedung Putih.
S&P 500 anjlok 12%, penurunan terbesar sejak "Black Monday" tiga dekade lalu, meskipun Federal Reserve telah memangkas suku bunga mendekati nol.
Pelaku pasar khawatir penyebaran pandemi yang cepat bisa melumpuhkan bagian-bagian dari ekonomi global dan memeras pendapatan perusahaan.
Vokalis Coldplay Chris Martin Nyanyikan Lagu Love Story untuk Penggemar Taylor Swift di Wina
Harga saham semakin drop ketika Presiden Donald Trump mendesak Amerika menghentikan sebagian besar kegiatan sosial selama 15 hari serta tidak berkumpul dalam kelompok yang lebih besar dari 10 orang, dalam upaya agresif mengurangi penyebaran virus corona di Amerika Serikat (AS).
Sebagian besar pengamat pasar pada saat ini bersiap atas kemungkinan ekonomi menuju resesi, tetapi mereka mengatakan masih terlalu dini untuk mengetahui sejauh mana penurunan ekonomi sepenuhnya.
Dow Jones Industrial Average turun 2.997,1 poin (-12,93%) ke 20.188,52. S&P 500 kehilangan 324,89 (-11,98%) menjadi 2.386,13. Adapun Nasdaq Composite turun 970,28 poin (-12,32%) menjadi 6.904,59.
Perdagangan di tiga indeks saham utama Wall Street dihentikan selama 15 menit tak lama setelah pembukaan karena indeks S&P 500 anjlok 8%, melewati ambang 7% yang memicu penghentian perdagangan otomatis.
KEYWORD :Wall Street saham Amerika Serikat Koronavirus