Seorang jemaah keluar dari Masjid Sri Petaling, Malaysia (Foto: SCMP)
Kuala Lumpur, Jurnas.com - Perayaan Tabligh Akbar yang digelar di Masjid Sri Petaling, Malaysia pada 27 Februari-1 Maret lalu menjadi penyumbang terbesar kasus virus corona baru (Covid-19) di Negeri Jiran.
Dikutip dari South China Morning Post pada Rabu (18/3), dari 673 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi, hampir dua pertiga di antaranya dikaitkan dengan acara yang berlangsung selama empat hari tersebut.
Acara Tabligh Akbar dihadiri oleh 16.000 orang, termasuk warga negara Indonesia (WNI). Namun Menteri Kesehatan Malaysia sampai saat ini tidak tahu, siapa pembawa virus Covid-19 ke acara itu.
Reuters pun melakukan penelusuran dengan berbicara kepada enam peserta, meninjau gambar dan posting di media sosial, dan bukti yang menunjukkan beberapa cara penyebaran wabah tersebut.
Tablighi Jama`at, organisasi yang bertanggung jawab atas acara tersebut, saat dimintai komentar lebih lanjut belum memberikan jawaban.
Masjid lokasi acara pun ditutup pada Selasa (17/3) kemarin, dan seorang tamu yang diyakini salah satu jemaah Tabligh, mengaku masih berada dalam karantina.
"Saya benar-benar terkejut bahwa itu (virus) terus menular," kata Surachet Wae-asae, mantan anggota parlemen Thailand yang menghadiri acara itu, meski hasil tes menyatakan dia negatif Covid-19.
"Tetapi di Malaysia, Tuhan sangat penting. Keyakinan itu kuat," imbuh dia.
Kantor perdana menteri dan kementerian kesehatan menolak berkomentar lebih lanjut tentang acara tersebut.
Dalam laporannya, Reuters menyatakan acara Tabligh akbar dipadati oleh jemaah, di mana para tamu harus naik bus antar jemput untuk tidur di tempat lain, dan dihadiri oleh jemaah dari puluhan negara, termasuk Kanada, Nigeria, India dan Australia, menurut daftar peserta yang diposting di media sosial.
Diketahui pula, ada warga China dan Korea Selatan yang hadir dalam acara tersebut. Padahal kedua negara ini merupakan pemilik kasus terbesar Covid-19.
Dalam unggahan di media sosial, tampak ratusan jamaah berdoa bahu membahu di dalam masjid, sementara beberapa tamu memposting foto saat berbagi makanan.
"Kami duduk berdekatan," seorang lelaki Kamboja berusia 30 tahun yang menghadiri acara itu. Kini dia dirawat di rumah sakit provinsi Battambang, Kamboja, setelah dinyatakan positif virus corona.
"Bersalaman pada upacara keagamaan dilakukan dengan orang-orang dari banyak negara. Ketika saya bertemu orang-orang, saya berpegangan tangan, itu normal. Saya tidak tahu dengan siapa saya terinfeksi," lanjut dia.
Pria ini meminta agar namanya tidak disebutkan, karena dikhawatirkan dapat memicu diskriminasi di masjidnya.
Selama acara, tak ada seruan apapun perihal mencuci tangan, virus corona, maupun tindakan pencegahan kesehatan selama acara.
Namun menurut keterangan dua jemaah, sebagian besar peserta tabligh tetap berwudhu sepanjang pelaksanaan acara.
Hingga hari ini, hanya setengah dari jemaah asal Malaysia yang hadir sudah melakukan tes kesehatan. Kondisi ini dikhawatirkan dapat memicu wabah yang lebih luas.
Sementara itu, Brunei telah mengkonfirmasi 50 kasus yang terkait dengan pertemuan tersebut, dari total 56 kasus. Singapura telah mengumumkan lima kasus yang terkait dengan acara itu, menyusul selanjutnya Kamboja 13 kasus, dan Thailand setidaknya dua kasus. Vietnam, Filipina, dan Indonesia masih diselidiki.
"Acara Tablighi di (Kuala Lumpur) itu juga bisa menyebabkan lonjakan regional dan pihak berwenang tidak mengizinkan diadakan," kata diplomat Singapura Bilahari Kausikan di halaman Facebook-nya.
Ini bukan satu-satunya acara keagamaan yang menjadi penyebaran terbesar virus corona. Sebelumnya, Korea Selatan mendapati ribuan kasus, yang berasal dari kegiatan di Gereja Shincheonji Yesus di kota Daegu.
KEYWORD :Virus Corona Tabligh Akbar Malaysia Gereja Shincheonji