Pakar Hukum Tata Negara, Yusril Ihza Mahendra
Jakarta, Jurnas.com - Wabah Virus Corona (Covid-19) di Indonesia sudah mencapai taraf yang mengkhawatirkan. Tak hanya sekedar virus menginveksi tubuh, Wabah asal Wuhan, China itu menjangkiti perasaan dan batiniah masyarakat.
Rasa aman dan saling percaya perlahan mulai rontok dalam waktu sekejap.
Beberapa kali, Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra telah menyuarakan pandangannya sebagai solusi jitu atas permasalahan yang dihadapi bangsa ini kepada pemerintah. Namun, nampaknya pandangan Yusril tidak dijadikan kebijakan oleh pemerintah.
Mantan Wakil Ketua DPRD Surabaya, Masduki Toha, menilai Yusril sebagai sosok negarawan yang konsisten menyuarakan pandangan sebagai solusi atas masalah bangsa ini.
"Sejak sekira dua bulan lalu ketika tersebar berita tentang adanya serangan virus corona di berbagai negara, sepanjang pengamatan saya, Prof. Yusril adalah tokoh yang paling produktif melalui tulisan-tulisannya,” kata Masduki dalam keterangannya kepada Jurnas.com, Minggu (05/04/2020).
Dalam pandangan Masduki, Yusril selalu menyampaikan pemikiran, pandangan, saran, masukan bahkan kritik kepada pemerintah selaku pengambil kebijakan.
Menurut Masduki, dalam setiap kali menyampaikan pandangan dan kritiknya, Yusril selalu memberikan alternatif solusi.
Setiap hari ruang publik seolah dipenuhi oleh pikiran-pikiran dan pandangannya. Berhari-hari, berminggu-minggu.
Teriakannya berhenti pada 1 April 2020. Saat itu Presiden Joko Widodo telah mengambil keputusan dalam menghadapi wabah Covid-19 yakni dengan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Jalan yang diputuskan presiden berbeda dengan yang diteriakkan Yusril. Prof. Yusril lebih merekomendasi Lockdown atau Karantina Wilayah, akan tetapi Presiden Jokowi lebih memilih PSBB. Walaupun mengandung kesamaan, tetapi sangat jauh berbeda.
“Apakah Yusril kecewa? Mungkin iya. Tapi apakah Yusril marah? Tidak sama sekali. Justru Yusril hari itu mengakhiri berondongan tulisan-tulisannya. Tulisan terakhir Yusril setelah presiden mengumumkan keputusannya, berjudul “Bisakan PSBB menghadapi Virus Corona?" Setelah itu Yusril tidak menuliskan (mempublikasikan) lagi pemikiran-pemikirannya,” jelasnya.
Hanya, lanjut Masduki, pada alinea terakhir tulisan terakhirnya tersebut Yusril menulis kritik sebagai peringatan kepada pemerintah.
Masduki menyampaikan, selama Presiden Jokowi sebagai pemimpin belum memgambil keputusan, Yusril sekuat tenaga dan pikiran telah menyampaikan semua hal yang dianggap benar dan baik.
Yusril lanjut dia, seolah-olah tak peduli apakah bakal menerima pujian atau caci maki.
Tetapi ketika presiden telah mengambil keputusan, walaupun hal itu tidak sesuai dengan pemikirannya, Yusril diam.
Yusril punya sikap, keputusan pemimpin negara harus dihargai dan dihormati. Jangan dirongrong. Harus didukung.
“Saya yakin hari ini Yusril adalah orang yang paling tenang dan lega. Dia sudah berusaha semaksimal mungkin. Bebannya telah ditumpahkan. Tugasnya telah ditunaikan. Usahanya telah dijalankan,” katanya.
Tentu Yusril tidak lantas berleha-leha. Pikiran dan hatinya pasti terus diperas untuk memikirkan kemungkinan - kemungkinan yang akan terjadi beberapa waktu kedepan.
“Seandainya kita mampu meniru sikap dan caranya dalam berbangsa dan bernegara, sepertinya bangsa ini akan lebih cepat dewasa. Saya merasa kita memang patut berguru kepadanya, Sang Negarawan Sejati,” ucap Masduki mengakhiri.
Yusril Corona Masduki