Sabtu, 23/11/2024 12:03 WIB

Kementan: Pangan Tak Boleh Bermasalah di Tengah Pananganan Corona

Pangan tidak boleh bermasalah dalam rangka memenuhi kebutuhan 267 juta jiwa penduduk Indonesia. Sebab, kapan pangan bermasalah akan muncul masalah sosial dan ekonomi.

Seminar video conference dengan tema Meraup Untung Bisnis Pangan Petani Milenial di Tengah Pandemi COVID-19 Rabu 22 April 2020 (Foto: Screenshot/Jurnas).

Jakarta, Jurnas.com - Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian (Sekjen Kementan) Momon Rusmono mengingatkan bahwa di tengah upaya bersama mengatasi pandemi virus corona (COVID-19) jangan sampai terjadi kecolongan masalah pangan.

Hal itu disampaikan saat mewaki Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo dalam seminar video conference dengan tema "Meraup Untung Bisnis Pangan Petani Milenial di Tengah Pandemi COVID-19" Rabu (22/4).

"Kalau berbicara pandemi COVID-19 itu tidak hanya masalah kesehatan. Jadi, masalah yang kita hadapi betul yang utama adalah masalah kesehatan, tapi masalah kedua jangan sampai lengah adalah masalah pangan," ujar Momon.

Menurut Momon, pangan tidak boleh bermasalah dalam rangka memenuhi kebutuhan 267 juta jiwa penduduk Indonesia. Sebab, kapan pangan bermasalah akan muncul masalah sosial dan ekonomi.

Karena itu, Momon mengajak semua komponen pertanian, baik aparatur sipil negara (ASN), pelaku usaha, pelaku utama dan stakeholder agar tetap bekerja keras dan berkomitmen dalam ketersediaan pangan.

"Di sini kalau ada para penyuluh dan teman-teman ASN, berorientasi bekerja dari rumah (WFH), kita jangan sampai lengah, kita tetap berkomitmen, tetap kerja keras, bagaimana ketersediaan pangan bagi 267 juta penduduk Indonesia ini tetap terpenuhi," ujar Momon.

Selanjutnya, Momon juga mengimbau kepada semua pemangku kepentingan agar tetap menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan agar stabilisasi harga pangan tetap terjaga.

"Banyak kasus contoh, produksi melimpah tapi harga naik. Misalnya, pada Senin (20/4) pagi saya diminta mengevaluasi data bawang merah, saya cek sumber produksinya di brebes, harga Rp26-28 ribu per kg, tapi di pasar Jakarta Rp52 ribu per kg. Berarti kan ada yang salah," ujar Momon.

Terakhir, Momon juga menyampaikan bahwa masalah pangan memerlukan kerja sama, harmonisasi, hubungan yang baik antara semua stakeholder. "Tapi yang paling penting adalah bagaimana hubungan pelaku utama dengan pelaku usaha," ujar Momon.

"Saya kemarin memberikan arahan di dirjen peternakan juga menekankan poin ini. Terkait dengan masalah ini mari kita selesaikan dengan kepala dingin. Tingkatkan komunikasi, tingkatkan koordinasi dan tingkatkan harmonisasi," kata Momon.

"Ini masalahnya sudah masalah NKRI, harus kita pecahkan bersama. Bukan saatnya kita mencari siapa yang salah. Tapi mari kita bergandengan tangan menyelesaikan masalah pangan kita. Tidak hanya dari aspek produksi tapi juga dari aspek harga dan maintance," sambungnya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDM), Dedi Nursyamsi menambahkan, saat ini Kementan sedang berjibaku untuk memenuhi ketersediaan pangan 11 Komoditas.

Menurut Dedi, masa penanganan corona ini adalah peluang bisnis petani milenial untuk membantu pemerintah dalam menyediakan pangan masayarakat melalui sistem daring.

"Pencegah utama COVID-19 adalah pangan. Dalam hal ketersediaan pangan ini ada peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan oleh petani milenial. Dari mulai on farm hingga distribusi melalui sistem daring," ujar Dedi.

KEYWORD :

Virus Corona Momon Rusmono Peluang Bisnis Dedi Nursayamsi Petani Milenial




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :