Buah salak Sari Intan. (Foto: Balitbangtan)
Jakarta, Jurnas.com - Salak kini tak lagi identik dengan salak pondoh dari Jogja ataupun salak Bali saja. Wilayah lain yang juga memiliki salak khas adalah Kabupaten Bintan. Salak yang bernama Sari Intan ini diminati wilayah perbatasan Indonesia dan Singapura.
Salak sari intan merupakan varietas unggul inovasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbang) yang dirilis di Kabupaten Bintan.
Tiga varietas unggul baru (VUB) salak, yaitu Sari Intan 48, Sari Intan 295, dan Sari Intan 541 merupakan hasil penelitian dari Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Tropika, Balitbangtan bekerjasama dengan Yayasan Yatazagawa dan Pemerintah Kabupaten Bintan yang dimulai 2002 hingga 2011.
Kegiatan perakitan varietas diawali dengan melakukan persilangan menggunakan tetua salak Pondoh, Salak Jawa, Salak Sumatera, dan Salak Bali. Selanjutnya biji hasil persilangan tersebut ditanam di Kabupaten Bintan melalui kerjasama Balitbu Tropika, BPTP Riau, dan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan.
Pada 2009 dan 2010 hasil evaluasi persilangan tersebut dilepas tiga VUB salak, yaitu Sari Intan 48, Sari Intan 541 dan Sari Intan 295.
Keunggulan salak Sari Intan adalah daging buahnya yang tebal, rasanya yang manis, serta tidak sepat walaupun buah masih muda, dan mempunya aroma yang harum.
Dukungan teknologi ini tak lepas dari arahan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo beberapa waktu lalu mengenai petingnya penerapan teknologi untuk peningkatan kinerja ekspor buah nasional.
"Peningkatan kinerja ekspor buah dapat dilakukan melalui penerapan teknologi dan sistem jaminan mutu di seluruh rantai produksi melalui penerapan standardisasi produk hasil pertanian dari hulu ke hilir," kata Syahrul saat membuka Pekan Inovasi Mangga Nasional 2019 di Pasuruan.
Sementara itu, Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry menjelaskan, sejak dirilis pada 2009, Balitbangtan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Bintan melakukan beberapa terobosan untuk percepatan pengembangan varietas unggul salak Sari Intan tersebut.
"Terobosan tersebut diantaranya sosialisasi, promosi, pendaftaran pohon induk, percepatan produksi benih, bantuan benih pada petani, pendampingan budidaya dan menginisiasi penangkar benih," jelas Fachry dalam keterangan tertulisnya, Selasa (21/4).
Fadjry menambahkan, Pulau Bintan memiliki potensi pasar domestik dan ekspor yang menjanjikan dan masih terbuka lebar dan merupakan kawasan perbatasan yang harus dikelola untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat.
"Pengembangan salak Sari Intan di Bintan bertujuan antara lain agar VUB ini bisa berkembang di masyarakat dalam skala luas dan memberikan dampak positif terhadap ekonomi masyarakat," tambahnya.
Sri Hadiati, Mizu Istianto dan Tri Budiyanti, tiga peneliti buah dari Balitbu Tropika, Balitbangtan menambahkan, pada 2015, Inisiasi pengembangan salak Sari Intan di Bintan dimulai dengan penanaman 200 rumpun di Kecamatan Teluk Sebung dan Kecamatan Toapaya.
Hingga 2020 ini, pengembangan salak Sari Intan masih terus berlanjut dengan total jumlah tanaman sebanyak 4.410 rumpun.
"Selain itu juga telah terbentuk dua penangkar benih salak yang berlokasi di Kec. Bintan Timur dan Kecepatan Toapaya," jelas peneliti tersebut.
Selain di Kabupaten Bintan, salak Sari Intan juga sudah ditanam di Kebun Percobaan Balitbu Tropika yang berada di Subang, Jawa Barat telah tertanam 48 rumpun dan di Sumatera Barat sebanyak 200 rumpun. Sebagian dari tanaman salak tersebut digunakan sebagai benih sumber dan telah teregistrasi.
Pelatihan budidaya dan produksi benih salak telah dilakukan Balitbu Tropika, BPTP Kepulauan Riau serta Dinas Pertanian Kabupaten Bintan dan diikuti oleh petani, penyuluh dan peneliti. Selain itu, dilakukan pendampingan budidaya salak peneliti secara langsung ke kebun-kebun petani kooperator.
Fadjry kembali menekankan, semua kegiatan yang dilakukan untuk mendukung pengembangan salak Sari Intan di Kabupaten Bintan akan terus dilanjutkan sehingga wilayah perbatasan yang memiliki potensi pasar domestik dan ekspor ini dapat menjadi sentra produksi salak.
"Apabila produksi salak Sari Intan di daerah tersebut cukup tinggi, kontinue dan berkualitas baik diharapkan dapat menjadi penyangga ekonomi masyarakat," tutup Fadjry.
KEYWORD :Inovasi Pertanian Salak Rakitan Buah Salak Buah Tropis Ekspor Buah