Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. (Foto: PressTV)
Washington, Jurnas.com - Obat antimalria yang digembar-gemborkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tidak menunjukkan manfaat dan bahkan menyebabkan lebih banyak kematian di antara pasien virus corona (COVID-19).
Sebuah penelitian, yang disponsori National Institutes of Health (NIH) dan University of Virginia, memeriksa 368 veteran pria dengan infeksi yang dikonfirmasi di pusat medis Administrasi Kesehatan Veteran yang meninggal atau dipulangkan pada 11 April.
Menurut hasil penelitian tersebut, sekitar 28% yang diberi hydroxychloroquine plus perawatan biasa meninggal, dibandingkan 11% dari mereka yang mendapatkan perawatan rutin saja.
Sementara, sekitar 22% dari mereka yang mendapatkan obat plus azitromisin meninggal juga. Namun, perbedaan dengan perawatan biasa tidak dianggap cukup besar untuk menyingkirkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup.
Hydroxychloroquine juga tidak membuat perbedaan dalam kebutuhan mesin pernapasan.
Para peneliti tidak melacak efek samping, tetapi mencatat, hydroxychloroquine bisa merusak organ lain. Obat ini sudah lama diketahui memiliki potensi efek samping yang serius, termasuk mengubah detak jantung dengan cara yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Awal bulan ini, para ilmuwan di Brazil menghentikan sebagian dari penelitian yang menguji kloroquine, obat yang lebih tua yang mirip dengan hydroxychloroquine, setelah masalah irama jantung berkembang pada seperempat orang yang diberikan lebih tinggi dari dua dosis yang diuji.
Pada Selasa (21/4), NIH mengatakan tidak ada cukup bukti untuk merekomendasikan chloroquine atau hydroxychloroquine untuk melawan COVID-19, dan juga tidak menyarakan untuk menggunakan hydroxychloroquine dengan azithromycin karena efek samping yang potensial.
Presiden Trump bersikeras mendukung pemakaian obat malaria hydroxychloroquine meski belum ada bukti klinis bahwa obat itu benar-benar ampuh mengobati penyakit akibat COVID-19.
Dilansir VOA Indonesia, Selasa (7/4), Trump menyebut AS telah membeli hydroxychloroquine dalam jumlah sangat besar dan mengklaim ada tanda-tanda sangat kuat obat tersebut bisa mengatasi COVID-19.
KEYWORD :Virus Corona Obat Malaria Amerika Serikat Donald Trump