Para pekerja menggulung peti mati di jalan kota di luar rumah duka Layanan Pemakaman Andrew T. Cleckley, tempat ditemukan mayat-mayat di kendaraan U-Haul yang tidak didinginkan, selama wabah penyakit COVID-19 di Brooklyn wilayah New York City, New York, AS, 30 April 2020. (Foto: Reuters)
Washington, Jurnas.com - Penyakit pernapasan yang dikenal sebagai COVID-19 sejauh ini telah menginfeksi lebih dari 1.119.000 orang di seluruh Amerika Serikat dan menewaskan lebih dari 65.000.
Data Worldometers menunjukkan pada Jumat (1/5), terjadi peningkatan 24.153 kasus dan peningkatan 1.277 kematian selama 24 jam terakhir di Negeri Paman Sam itu.
Secara global, lebih dari 3.383.000 orang yang terinfeksi dan lebih dari 238.500 yang sudah meninggal, dengan AS saat ini memiliki kasus yang paling banyak dikonfirmasi dari negara mana pun. Di New York City, pusat wabah, lebih dari 18.000 orang meninggal sejauh ini.
Presiden AS, Donald Trump, yang pemerintahannya berada di bawah kritik atas kesalahan penanganan COVID-19, masih tampaknya tidak memahami gawatnya krisis ini.
Pada Februari, presiden dari partai Republik memperkirakan jumlah kasus COVID-19 di AS akan turun menjadi nol.
Donor Utama di Wall Street Mulai Rekrut Staf Potensial untuk Bantu Trump di Pemerintahan
Ketika ditanya, dalam pengarahan singat (briefing) pada Selasa (28/4), tentang mengapa angka itu naik menjadi lebih dari satu juta, Trump berkata, "Yah, pada akhirnya akan turun ke nol."
"AS melakukan lebih banyak pengujian daripada negara lain di Dunia," tambahnya.
Sebelum kasus COVID-19 parah di negara itu, para ahli sudah mengeluarkan peringatakan bahwa jumlah kasus virus yang pertama kali muncul di Wuhan, China akhir tahun lalu itu akan melejit di AS.
"Para ahli - ahli yang sangat baik, orang yang sangat baik juga - mengatakan ini tidak akan mempengaruhi AS, itu tidak akan mempengaruhi Eropa, itu tidak akan mempengaruhi apa pun di luar China," katanya.
"Jadi kami mendengarkan para ahli, dan kami akan selalu mendengarkan para ahli, tetapi para ahli salah. Banyak orang yang salah, dan banyak orang tidak tahu itu akan seserius ini," sambugnya.
Namun, tidak jelas ahli mana yang disebut Trump sebagai puluhan pejabat kesehatan masyarakat memperingatkan wabah AS di bulan yang sama. Ia juga menyalahkan Cina atas penyebaran virus untuk mengalihkan perhatian dari kesalahan manajemennya sendiri.
Pada Kamis (30/4), bahkan ketika komunitas intelijen AS menyimpulkan bahwa COVID-19 baru berasal dari China tetapi bukan buatan manusia atau rekayasa, Trump mengatakan ia yakin virus itu mungkin berasal dari laboratorium virologi China, tanpa memberikan bukti. (Press TV)
KEYWORD :Virus Corona Amerika Serikat Donald Trump