Sabtu, 23/11/2024 12:45 WIB

Rhenald Kasali: Banyak Siswa Bingung Terapkan Belajar dari Rumah

Rhenald Kasali menyebut masih banyak siswa yang mengalami kebingungan saat menerapkan kegiatan Belajar dari Rumah, setelah ditiadakannya belajar tatap muka di sekolah.

Ilustrasi belajar dari rumah di depan komputer (Foto: Agsinger)

Jakarta, Jurnas.com - Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali menyebut masih banyak siswa yang mengalami kebingungan saat menerapkan kegiatan Belajar dari Rumah, setelah ditiadakannya belajar tatap muka di sekolah.

Apalagi, tidak semua siswa di rumah didampingi dan memperoleh bimbingan dari orang tuanya masing-masing, mengingat orang tua di sisi lain dituntut bekerja lebih keras sebagai akibat sepinya pelanggan di tengah pandemi Covid-19.

"Bagi anak-anak kalau belajar sendiri tidak ada dorongan dari teman, tidak bisa mengukur diri karena tidak ada teman sebaya di rumah. Kemudian kehilangan suasana sekolah. Banyak anak-anak bingung. Mau main di luar takut ketularan," ujar Rhenald dalam webinar dan workshop bertajuk `Self Driving for Teacher` yang digelar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), pada Sabtu (2/5).

Rhenald menekankan, terlepas dari kondisi pandemi saat ini, orang tua memang harus terlibat dalam proses pendidikan anak. Orang tua tidak seharusnya menyerahkan 100 persen pendidikan anak kepada guru di sekolah.

"Kemudian akhirnya banyak anak yang lebih menurut kepada guru. Kadang-kadang kita sebagian orang tua, punya anak yang nurut merasa luar biasa. Padahal tidak 100 persen anak yang menurut itu baik," jelas dia.

Kesulitan tidak hanya dihadapi oleh siswa. Rhenald mengungkapkan, masih banyaknya guru yang gagap teknologi (gaptek) juga menyisakan masalah tersendiri, salah satu contohnya dalam pengisian rapor.

"Nanti menyusun rapornya bagaimana. Ya sudah dicocok-cocokkan saja dari perilaku (attitute). Banyak yang mengeluh nanti di rapor," terang Rhenald.

Selain itu, disparitas akses teknologi, sarana dan prasarana, serta koneksi internet di Indonesia membuat proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) tidak berjalan mulus.

"Banyak yang tidak memiliki perlengkapan memadai. Bahkan di beberapa daerah masih menggunakan 2G ada yang sudah 3G. Yang sudah 4G beruntung," ungkap dia.

Namun, Rhenald mengimbau supaya guru tidak terlampau cemas dan tidak malu untuk belajar. Menurut dia, bila terus berlatih maka guru akan terbiasa dengan teknologi, maka nantinya akan terbiasa dan mahir.

"Pendidikan juga bisa berubah. Dulu hitam putih, pasif, melipat tangan, dan menghafal. Sekarang situasi berubah. Penuh warna, aktif, partisipatif, kreatif, dan fun," ucap dia.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum PGRI Unifah Rosyidi menyebut pandemi Covid-19 menjadi momentum guru untuk bangkit melawan ketertinggalan, baik melalui teknologi maupun improvisasi dan inovasi lainnya, guna tetap menjalankan roda pendidikan.

"Tidak pernah terbayangkan bahwa kita semua tiba-tiba harus bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah. Bagaimana pendidikan harus berlangsung? Bagaimana anak yang kita cintai mendapatkan hak-haknya dalam pendidikan dengan baik?" kata Unifah.

"Maka, didorong oleh tanggung jawab, komitmen, dedikasi sebagai guru, dosen sebagai pendidik bekerja sama dengan orang tua dan pemerintah pemerintah daerah berusaha mencari jalan keluar," sambung dia.

Bagi mereka yang memiliki akses teknologi, lanjut Unifah, perlahan namun pasti guru harus mulai akrab dengan teknologi. Sebab, dengan teknologi guru dapat berinovasi dengan beragam cara.

Adapun bagi guru dan siswa yang tidak memiliki akses teknologi, dan berada di daerah 3T, dapat melakukan improvisasi dengan memanfaatkan fasilitas ala kadarnya, supaya bisa tetap melayani anak didik.

"Inilah momentum. Pandemi Covid-19 kita jadikan momentum untuk bangkit bersatu, belajar bersama, tertib bersama, dan bergerak bersama melawan Corona, melawan kemalasan, melawan ketertinggalan, melawan hal yang semula dirasa tidak mungkin menjadi mungkin," tandas Unifah.

KEYWORD :

Rhenald Kasali Belajar dari Rumah PGRI




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :