Sabtu, 23/11/2024 06:46 WIB

Haidar Alwi: Ahok dan Erick Thohir Melempem Hadapi Mafia Migas

Suka tidak suka, harga BBM harus turun, karena belinya juga turun dan perusahaan hanya diperbolehkan mengambil untung maksimal 10 persen

Haidar Alwi

Jakarta, Jurnas.com - Kejatuhan harga minyak dunia dari USD 60 menjadi USD 20 per Barrel, sebagai imbas Pandemi Covid-19 membuat sejumlah negara melakukan penyesuaian dengan menurunkan harga BBM dalam negerinya masing-masing.

Namun hingga saat ini, harga BBM di Indonesia masih bertahan pada harga lama. Bahkan, Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang belum menurunkan harga BBM.

Direktur Eksekutif Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi menilai BUMN Pertamina dan Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Niaga Minyak dan Gas Bumi berpotensi kuat melanggar Keputusan Menteri ESDM Nomor 62 Tahun 2020 dan Pasal 5 Undang Undang Anti Monopoli.

"Suka tidak suka, harga BBM harus turun, karena belinya juga turun dan perusahaan hanya diperbolehkan mengambil untung maksimal 10 persen," ujar Haidar, Minggu (10/5/2020).

Kalau ternyata pada praktiknya perusahaan mengambil untung lebih dari 10 persen, lanjut Haidar, maka jelas ada kelompok atau pihak-pihak tertentu yang diuntungkan.

"Saya menduga, dugaan loh ya, tapi dugaan kuat, ada permainan mafia migas, konspirasi dan skandal, baik di Pemerintah, BUMN Pertamina maupun pelaku usaha swasta di sektor migas," jelas Haidar.

"Itu sebabnya harga BBM di Indonesia masih mencekik leher rakyat, tak kunjung turun. Padahal negara lain sudah menurunkan harga BBM hingga berkali-kali," lanjut Haidar yang menjadi penanggungjawab tunggal Aliansi Relawan Jokowi (ARJ) membawahi ratusan organ relawan pada Pilpres 2019.

Sebagai perbandingan, Malaysia menjadi negara di Asia Tenggara dengan harga BBM paling murah yakni dari USD 0,48 per Liter menjadi USD 0,29 per Liter. Bahkan, hampir setiap pekan harga BBM di Malaysia mengalami penurunan mengikuti perkembangan harga minyak dunia.

Singapura, sejak pertengahan Februari menurunkan harga BBM dari USD 1,54 per Liter menjadi USD 1,40 per Liter. Pun demikian dengan Laos dari USD 1,17 per Liter menjadi USD 1,08 per Liter. Thailand dari USD 1,03 per Liter ke USD 0,76 per Liter. Sementara Laos USD 1,17 per Liter ke USD 1,08 per Liter.

Sedangkan Vietnam tercatat sudah menurunkan harga BBM dari USD 0,87 per Liter menjadi USD 0,50 per Liter. Myanmar yang pada Januari lalu mematok harga USD 0,68 per Liter, kini hanya memasang harga USD 0,37 per Liter. Padahal, sebelum Pandemi Covid-19, harga BBM di Myanmar dan Vietnam masih lebih mahal dari Indonesia, kini menjadi berbalik lebih murah.

Haidar menegaskan, jika mengacu pada Keputusan Menteri ESDM Nomor 62 Tahun 2020, yang mana harga BBM saat ini dipengaruhi oleh data dua bulan sebelumnya, maka harga sampai dengan April masih masuk akal karena harga minyak dunia masih berkisar antara USD 50 sampai USD 60 per Barrel.

Akan tetapi sejak awal Mei, kata Haidar, Pemerintah dan Swasta seharusnya sudah menurunkan harga BBM karena harga minyak dunia dua bulan sebelumnya berada pada kisaran USD 30 per Barrel. Apalagi harga April hanya berkisar pada angka USD 20 per Barrel yang akan mempengaruhi harga BBM Juli nanti.

"Jadi kalau sekarang harga minyak dunia sudah turun jauh dan ditambah 10% marginnya, maka harga BBM untuk bulan Mei seharusnya Rp 7.000-an per Liter, dan harga bulan Juni Rp 5,5 ribu per Liter. Tapi faktanya harga BBM jenis Pertamax Turbo masih Rp 9.850 per Liter," bebernya.

"Kemungkinan mafia migas tadi, bermain di impor bisa juga di acuan MOPS (Mean of Platts Singapore) dan konstanta pembentuk formula harga BBM. Nah, ini yang harus diselidiki oleh aparat penegak hukum," tuturnya.

Haidar pun mempertanyakan peran Ahok yang pada awal penunjukannya sebagai Komisaris Utama Pertamina diharapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mampu melibas mafia migas. Bahkan, Ahok dengan sesumbar optimis membawa Pertamina menjadi perusahaan kelas dunia.

Ketika Ahok ditunjuk jadi Komut Pertamina, jelas Haidar, pendukungnya ramai-ramai teriak Ahok is Back. Pertamina kasih diskon BBM buat ojol, Ahok tampil di panggung paling depan dan pendukungnya mengklaim sebagai kehebatan Ahok.

"Sekarang Ahok kemana? Padahal Pak Jokowi mengharapkan Ahok dapat mengawasi Pertamina karena sektor migas dari dulu banyak mafianya. Ternyata ganyang mafia migas hanya omong kosong. Nggak kuat juga, tenggelam juga di lahan basah," kata R Haidar Alwi.

Ia juga mempertanyakan Menteri BUMN Erick Thohir yang menunjuk Ahok jadi Komut Pertamina, mana bentuk pertanggungjawabannya?Terlepas dari Ahok sahabat Pak Jokowi. Jika pernyataan-pernyataan sebelum pelantikan bukan hanya harapan kosong, maka buktikan dong.

"Sekarang saatnya berbuat sesuatu untuk rakyat. Kalau pun penurunan harga BBM tidak berdampak signifikan terhadap daya beli masyarakat, setidaknya bisa sedikit meringankan beban rakyat di tengah Pandemi Covid-19," pungkas R Haidar Alwi.

KEYWORD :

Mafia Migas Ahok Haidar Alwi Erick Thohir




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :