Jum'at, 22/11/2024 16:09 WIB

Akademisi: Indonesia Butuh 90 Tahun Samai PISA Singapura

Dia mengatakan, untuk PISA di bidang matematika dan sains, Indonesia membutuhkan waktu sekitar 90 tahun untuk menyamai perolehan Singapura saat ini. Sedangkan untuk bidang bahasa, butuh waktu 60 tahun.

PISA (Programme for International Student Assessment)

Jakarta, Jurnas.com - Rektor Universitas Yarsi, Prof. Fasli Djalal menyebut pemerintah memiliki pekerjaan rumah yang cukup berat untuk meningkatkan skor Programme for International Students Assessment (PISA) Indonesia, yang belum mengalami kenaikan siginifikan sejak 2000 silam.

Dia mengatakan, untuk PISA di bidang matematika dan sains, Indonesia membutuhkan waktu sekitar 90 tahun untuk menyamai perolehan Singapura saat ini. Sedangkan untuk bidang bahasa, butuh waktu 60 tahun.

"Kalau dibandingkan negara lain, kita di angka 380-400, padahal negara tetangga kita, tidak usah Singapura, misalnya Vietnam itu sudah mencapai 525. Thailand 421. Kita memang perlu kerja keras," kata Fasli dalam kegiatan webinar `Pendidikan yang Membahagiakan Anak di Era Covid-19`, yang digelar oleh Majelis Dikdasmen PP Aisyiyah, pada Senin (11/5).

Untuk mulai memperbaiki skor tersebut, lanjut Fasli, harus dimulai dari pendidikan yang paling dasar, yakni jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Sebab, kata dia, bila tidak dimulai dari fondasi yang kuat di awal, para siswa Indonesia tidak mungkin nantinya mampu bersaing di level internasional.

"Maka harus ada kreativitas dini, menghargai para guru, menjadikan mereka PNS. Karena tanpa dibangun dari basis, dari fondasi usia dini, tidak mungkin anak-anak kita menjadi cerdas dan mampu bersaing dengan negara tetangga," ungkap dia.

Pelibatan Orang Tua saat Belajar di Rumah

Fasli juga menekankan bahwa kolaborasi orang tua dan guru sangat penting untuk menyukseskan kegiatan belajar di rumah, selama pandemi virus corona baru (Covid-19).

Orang tua, lanjut Fasli, tidak hanya harus mendorong anak untuk terus menerus belajar, melainkan juga harus diselingi dengan kegiatan bermain. Fasli beralasan, bermain pun berguna untuk membentuk kreativitas anak.

"Dengan bermain anak jadi senang secara psikologis dia aman pembelajaran pun maksimal dia ingin mengeksplorasi karena dia ingin tahu berbagai aspek dari permainan tersebut itu dari dirinya," terang Fasli dalam kesempatan yang sama.

Karenanya juga orang tua harus tidak hanya dituntut mengajari, namun juga menghasilkan kesenangan, memberikan pengertian, memberi informasi dan imajinasi anak, merangsang kreativitas, dan dan mengembangkan potensi.

"Ketika kita buat dia menderita dan dia tidak dapat membangun kreatifitasnya, maka akhirnya konsep-konsepnya dia tidak bisa dia dapat. Padahal dengan bermain kita membangun kreatifitas," tandas Fasli.

Kegiatan webinar tersebut diikuti oleh ratusan guru Aisyiah di seluruh Indonesia, dihadiri oleh Ketua PP Aisyiyah Prof. Masyitoh Chusnan, Rektor Universitas Yarsi sekaligus Ahli PAUD Prof. Fasli Djalal, dan dimoderatori oleh Ketua LP3 Universitas Muhammadiyah Jakarta Herwina Bahar.

KEYWORD :

Skor PISA Fasli Djalal Pendidikan Indonesia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :