wakil Ketua DPP KNPI, Alan Hehanussa
Katakini.com - Gugus Tugas Penanggulangan Corona sibuk melawan agar Indonesia bisa bebas Corona. Tapi di sisi lain, para mafia ekonomi terus bermain mencari keuntungan saat wabah Covid-19 ini dengan dalil alat kesehatan rafid test.
“Bisa saja rakyat dibohongi. Dugaan kuat makin banyak yang positif hasil rapid test, maka makin banyak keuntungan yang diperoleh oleh para mafia bisnis alat kesehatan tersebut," ujar Wakil Ketua Umum DPP KNPI, Alan Hehanussa dalam rilisnya, Selasa, (19/05/2020).
Beberapa waktu lalu Menteri BUMN Erick Thohir menanggapi soal adanya mafia alat kesehatan di tingkat global. Terungkap setelah investigasi Internasional Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) membuktikan banjirnya alat-alat test Covid-19 yang sangat tidak layak tingkat akurasinya.
Dan peringatan Menteri BUMN Erick Tohir tentang bercokolnya mafia farmasi dan alat kesehatan di Indonesia kian terbukti. Selain menyebabkan ketergantungan bagi bangsa Indonesia atas impor obat dan peralatan kesehatan, praktek tidak terpuji pun juga mewabah seiring wabah pandemi Covid-19.
Selanjutnya, problem alat-alat rapid test pun ternyata tidak hanya soal akurasi. Harga pembelian dan penggunaan ditingkat masyarakat sangat mengusik rasa keadilan jika diperbandingkan dengan harga asalnya. Dan ini yang bermain para mafia alkes ditengah krisis bangsa.
Bisa di bayangkan masyarakat yang ingin melaksanakan rapid test merek Biozek dikenakan biaya Rp 550 ribu hingga Rp 650 ribu di sejumlah rumah sakit dan klinik. Padahal, harga pasaran Biozek hanya 5 euro atau sekitar Rp 80 ribu.
"Kondisi ini sangat di sayangkan, karena masyarakat dalam kondisi terjepit ekononinya, para elit tampil sebagai mafia untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya lewat alkes covid-19," ujar Alan.
Rapid Test Covid-19 Alan Hehanussa