Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim (Foto: Muti/Jurnas.com)
Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mendapatkan rapor merah selama enam bulan atau satu semester dipimpin oleh Nadiem Anwar Makarim.
Hasil evaluasi dari VOX Populi Institute Indonesia terhadap Kemdikbud dalam kaitannya dengan pengembangan keterampilan abad 21 (4C) misalnya, memberikan nilai `D` untuk kolaborasi (collaboration) dan komunikasi (communication).
Sementara poin kritis dalam berpikir dan bertindak (critical thinking and act), serta kreatif (creative), masing-masing mendapatkan nilai `C+` dan `C`.
Direktur Pendidikan VOX Populi Institut, Indra Charismiadji mengatakan nilai `D` untuk poin kolaborasi dan komunikasi karena menurut dia hampir tidak komunikasi ke publik mengenai program-program Kemdikbud secara jelas.
"Kolaborasi dengan pihak pemda juga tidak ada, karena tidak ada komunikasi tadi. Padahal pendidikan itu diotonomikan. Jika tidak ada kolaborasi pasti kacau dan jalan sendiri-sendiri," kata Indra dalam kegiatan Diskusi Daring `Evaluasi Kebijakan Pendidikan Nasional` melalui konferensi video pada Rabu (20/5).
Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) M. Ramli Rahim, Ketua Forum Guru Muhammadiyah (FGM) H. Pahri, Wasekjen Federasi Sekitar Guru Indonesia (FSGI) Satriwan Salim, dan Kepala Bidang Pendidikan NU Circle Ahmad Rizali.
Sementara nilai `C+` untuk poin kreatif, lanjut Indra, diberikan karena Nadiem berani menghapus ujian nasional (UN), dan adanya program Kampus Merdeka, yang menurut dia sudah cukup baik.
"Sayangnya target literasi, numerasi, dan sains jauh dari rata-rata OECD," terang Indra.
"Untuk kreatif (nilainya) C juga karena tidak ada ide-ide baru yang segar. Semuanya biasa dan sudah pernah dibahas," sambung Direktur Eksekutif Center for Education Regulations and Development Analysis (CERDAS) tersebut.
Selain VOX Populi Institute, FSGI, IGI, NU Circle, dan FGM juga memberikan nilai yang senada. Ramli Rahim mengatakan, IGI dalam surveinya memberikan nilai `biasa saja` untuk kemampuan kolaborasi dan komunikasi Kemdikbud di bawah Nadiem.
Padahal menurut dia, dengan dipilihnya Nadiem yang berasal dari kalangan milenial oleh Presiden Joko Widodo, sempat memunculkan optimisme bahwa mantan CEO Gojek Indonesia akan membawa perubahan signifikan.
"Dari sisi kolaborasi, pandemi Covid-19 menunjukkan lemahnya kolaborsi Kemdikbud. Kolaborasi dengan BUMN telkomsel misalnya, agar bisa mendapatkan akses internet. Kolaborasi itu tidak terjadi," tegas Ramli.
KEYWORD :Rapor Merah Kemdikbud Nadiem Anwar Makarim Indra Charismiadji