Virus corona atau COVID-19 (Foto: Shutterstock)
Beijing, Jurnas.com - Seorang ilmuwan terkemuka dari Institut Virologi Wuhan membantah teori konspirasi seputar asal-usul virus corona baru (Covid-19), yang dihembuskan Amerika Serikat (AS) akhir-akhir ini.
Shi Zhengli, dalam wawancara baru-baru ini dengan Jaringan Televisi Global China (CGTN), membeberkan bagaimana ilmuwan bekerja dengan fakta di lapangan setelah, setelah Covid-19 meledak akhir Desember lalu di Wuhan, Provinsi Hubei, China.
"Kami memperoleh sampel pada sore hari 30 Desember 2019, dan tim kami pertama kali melakukan studi virus corona pada sampel, yang dianggap sampel dari pneumonia yang penyebabnya tidak diketahui, karena laboratorium saya telah lama bekerja pada penelitian virus corona," ungkap Shi dikutip dari Al-Arabiya pada Selasa (26/5).
Sesekali Bentrok soal Batas Laut Cina Selatan, Tiongkok-Vietnam Menandatangani 14 Kesepakatan
"Sementara itu, kami telah melakukan sekuensing sampel tingkat tinggi dan isolasi patogen. Dan kemudian dalam waktu yang sangat singkat, kami menentukan bahwa ada jenis baru virus corona dalam sampel ini, dan memperoleh seluruh urutan genomnya, yang membuktikan bahwa urutan patogen ini tidak sama dengan virus yang ada yang sudah kita ketahui. Jadi kami menamakannya virus corona baru," sambung dia.
Shi mengatakan, lembaganya selalu berkomitmen pada transparansi dan membagikan semua data yang tersedia tentang virus corona kepada dunia secara tepat waktu.
Dia menegaskan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendapat informasi lengkap tentang terobosan yang telah dibuat pada tahap awal.
“Kemudian kami, bersama dengan dua lembaga medis lainnya di negara kami menyerahkan seluruh urutan genom virus ke Organisasi Kesehatan Dunia pada 12 Januari 2020. Pada saat yang sama, kami juga mengunggah urutan lainnya ke perpustakaan gen yang disebut GISAID, yang digunakan oleh pemerintah dan ilmuwan di seluruh dunia untuk mengidentifikasi patogen, untuk mengembangkan vaksin dan skrining obat," papar dia.
Namun, Shi mengatakan bahwa merangkai genom virus dan membaginya dengan dunia masih jauh dari akhir pekerjaannya. Dia menjelaskan bagaimana lebih banyak tes dilakukan oleh tim yang berpengalaman untuk mengidentifikasi lebih lanjut penyebab penyakit mematikan tersebut.
"Pekerjaan yang kami lakukan sebelumnya hanyalah bagian dari identifikasi patogen, di mana kami dapat mengetahui informasi genetiknya dan jenis virusnya. Tetapi pada kenyataannya, untuk identifikasi patogen, langkah penting lainnya adalah percobaan infeksi hewan. Eksperimen ini sebenarnya bagian dari apa yang disebut postulat Koch. Hanya melalui percobaan infeksi pada hewan kita akhirnya dapat menentukan bahwa patogen tertentu adalah penyebab utama penyakit tertentu. Karena kita memiliki model hewan, kita dapat menggunakannya untuk melakukan eksperimen dengan cepat," jelas Shi.
"Faktanya, kami menyelesaikan percobaan infeksi hewan dengan tikus transgenik pada 6 Februari 2020. Ini membuktikan bahwa hewan ini dapat mensimulasikan beberapa gejala pneumonia yang konsisten dengan manusia yang terinfeksi Covid-19. Kemudian kami menyelesaikan percobaan infeksi hewan pada monyet rhesus pada 9 Februari. Kedua percobaan infeksi hewan membuktikan bahwa virus corona yang kami isolasi adalah penyebab pneumonia yang tidak dapat dijelaskan," lanjut dia.
Shi menambahkan bahwa konsensus ilmiah luas yang dicapai di antara sebagian besar ilmuwan global adalah virus corona berevolusi secara alami dari hewan.
KEYWORD :Penelitian Covid-19 Teori Konspirasi Wuhan China