Bos Nissan Carlos Ghosn (Foto: AFP)
Tokyo, Jurnas.com - Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi membantah tuduhan bahwa Jepang memperalat Dana Moneter Internasional (IMF), guna menekan Lebanon supaya mengekstradisi mantan CEO Nissan, Carlos Ghosn.
Dia mengklaim bahwa Jepang tidak berupaya mengganggu kestabilan ekonomi Lebanon sekaligus menepis pernyataan perwakilan Nissan di Lebanon pada akhir pekan lalu.
Akhir tahun lalu, Ghosn melarikan diri ke Lebanon dari Jepang, setelah diduga melakukan penyimpangan keuangan saat masih menjabat sebagai CEO Nissan.
Ghosn mampu tetap di Lebanon yang merupakan negara asalnya, karena tidak memiliki perjanjian ekstradisi formal dengan Jepang.
Sakher Hachem, yang mewakili Nissan di Lebanon, baru-baru ini mengatakan kepada Arab News Jepang bahwa pemerintah Lebanon harus mendeportasi Ghosn ke Jepang, jika mereka ingin menerima dana dari IMF.
"Dengan masuknya pengungsi Suriah, krisis ekonomi, dan penyebaran pandemi Covid-19 yang menghadapi Lebanon, serta mengingat situasi umum di Timur Tengah, kita harus menghindari situasi apa pun yang akan membuat Lebanon lebih tidak stabil," ujar Motegi.
Dikutip dari Al-Arabiya pada Selasa (2/6), seorang sumber anonim di Lebanon senada dengan pernyataan Motegi. Dia menegaskan bahwa Jepang belum terlihat ingin ikut campur dalam potensi dana talangan IMF ke Lebanon.
"Tidak ada yang menunjukkan bahwa kehadiran Ghosn di Lebanon akan menyebabkan IMF menahan bantuan keuangan dari Lebanon," ungkap sumber itu.
"Sampai sekarang, belum ada dari pihak Jepang tentang masalah ini," tandas dia.
KEYWORD :Carlos Ghosn CEO Nissan Jepang Lebanon