Ilustrasi belajar dari rumah di depan komputer (Foto: Agsinger)
Jakarta, Jurnas.com - Hasil survei yang dilakukan Tanoto Foundation kepada guru, kepala sekolah, orangtua, dan siswa dari 454 sekolah dan madrasah mitra, menemukan bahwa masih banyak siswa yang tidak menyukai kegiatan belajar di rumah.
Dalam studi tersebut, 46,8 persen siswa menyatakan belajar di rumah tidak menyenangkan dengan alasan terbanyak ialah terlalu banyak tugas dari guru.
"(Sedangkan) 48.3% siswa senang dengan belajar di rumah karena gurunya membuat mereka belajar lebih menarik, bervariasi, dan bermakna," papar Direktur Program Pendidikan Dasar Tanoto Foundation, M Ari Widowati pada Kamis (4/6) dalam diskusi daring dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
Karenanya, lanjut Ari, praktik baik tersebut perlu disebarkan agar lebih banyak siswa yang belajar dengan baik walaupun di rumah.
Adapun pada masa pandemi, Ari mengatakan Tanoto Foundation tetap melatih dan mendampingi para guru, kepala sekolah, pengawas, dan dosen LPTK dan menyesuaikan materinya dengan konteks pembelajaran berbasis teknologi, daring dan luring.
"Konsep pelatihan kami adalah pembelajaran dengan menerapkan unsur MIKiR atau mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi, sehingga siswa bisa aktif dan mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran jarak jauh," jelas Ari.
Sementara Iwan Syahril, Dirjen GTK Kemendikbud menyampaikan bahwa new normal memprioritaskan keamanan, kesehatan, dan keselamatan.
Apabila daerahnya aman, namun sekolah tidak aman, maka sekolah dilarang melaksanakan pembelajaran yang mengumpulkan massa. Begitu juga kalau komunitas sekolah menyampaikan tidak aman, maka tidak perlu dibuka.
"Menutup sekolah bukan berarti pembelajaran tidak terjadi. Pilihannya bisa melaksanakan belajar dari rumah, baik secara daring, luring, atau blended. Yang terpenting orientasi pembelajarannya berdasar pada kebutuhan siswa," tegas Iwan.
Dia juga menggarisbawahi bahwa jangan sampai penggunaan teknologi dalam pembelajaran jarak jauh, hanya memindahkan tatap muka ceramah di kelas. Siswa harus difasilitasi untuk aktif belajar bukan berpusat pada guru.
Sekarang tidak ada tuntutan yang kuat siswa harus ikut ujian, kata Iwan. Ini menjadi kesempatan bagi guru dan kepala sekolah untuk membuat inovasi-inovasi hal-hal yang relevan untuk kebutuhan belajar siswanya.
Kemdikbud saat ini juga sedang mengembangkan super aplikasi pendidikan yang dapat membantu siswa belajar lebih baik. Aplikasi ini jauh lebih canggih dan semudah penggunaannya seperti aplikasi gojek atau tokopedia.
"Dengan adanya pandemi ini, kita ingin mempercepat untuk mengakselerasi pemanfaatan aplikasi tersebut. Semoga bisa lebih cepat dari yang direncanakan," tandas Iwan.
KEYWORD :Belajar di Rumah Kemdikbud Tanoto Foundation