Teknologi Jajar Legowo (Jarwo) Parit Keliling plus tanaman Refugia. (Foto: Ist)
Jakarta, Jurnas.com - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo membuat empat skenario dalam rangka mengantisipasi terjadinya krisis pangan sebagai akibat pandemic covid 19 dan untuk mengantisipasi kemarau yang diperkirakan akan lebih kering dari biasanya.
Skenario pertama, Syahrul mentargetkan luas tanam April-September seluas 5,6 juta hektare. Kedua membangun rawa melalui ekstensifikasi dan intensifikasi fokus di Kalteng dan Sumsel. Ketiga diversifikasi pangan lokal Indonesia, dan keempat membangun lumbung pangan dari desa sampai Provinsi.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) menegaskan Indonesia diprediksi termasuk dalam negara yang mengalami krisis pangan. Untuk itu penting dilakukan berbagai upaya agar tidak ada krisis pangan di Indonesia.
Dedi menekankan ketersediaan pangan harus terjaga sampai level masyarakat terbawah, dan harus dilakukan peningkatan produksi dalam negeri. Ia berpesan agar petani menerapkan juga teknologi terkini agar pasokan lancar dan distribusinya terjamin.
Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Artha Tani, Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara berperan aktif mendukung gerakan percepatan tanam yang dicanangkan Kementan untuk memastikan jaminan ketersediaan pangan sebagai antisipasi krisis pangan.
Ketua P4S Soenarko menuturkan P4S Artha Tani dalam percepatan tanam menerapkan teknologi Jajar Legowo (Jarwo) Parit Keliling plus tanaman Refugia (Riting Plus) sebagai metode penanaman padi dan jagung. Metode ini dipilih demi untuk mencapai hasil panen maksimal.
"Jarwo Riting plus merupakan teknologi andalan di P4S nya dan ia temukan sendiri serta sudah dikembangkan sejak tahun 2017," kata Soenarko, Minggu (7/6).
Tanaman refugia berfungsi untuk mengendalikan hama, sebagai habitat predator dan menambah keindahan lahan sehingga petani betah disawah bahkan bisa untuk wisata sawah.
Menurutnya, terdapat banyak keuntungan menggunakan teknologi Jarwo Riting Plus, diantaranya adalah perawatan tanaman pertanian lebih mudah, pengaturan air mudah dan efisien, bebas dari serangan keong dan belalang, tanaman sehat, kuat dan malai lebih panjang.
"Teknologi ini meningkatkan produksi sampai 26% bila dibandingkan sebelum menerapkan metode ini sehingga pendapatan keuntungan petanipun menjadi lebih besar," jelasnya.
Lebih lanjut Soenarko menyampaikan bahwa teknologi ini ditularkan ke para petani di Banjarnegara dengan cara mengadakan lomba rias lahan padi dengan teknologi Jarwo Riting Plus.
"Dengan cara ini akhirnya petani mulai mengikuti menerapkan teknologi yang sangat sederhana ini," katanya lagi.
Bahkan pada musim tanam ini, Soenarko memfasilitasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Susukan dengan lahan untuk area tanam dengan teknologi Jarwi Riting Plus Refugia sebagai bentuk edukasi langsung dilapangan.
Saat ini mereka tengah menanam refugia sebelum bibit padi ditanam. Varietas yang digunakan adalah varietas raksasa asal Aceh. "Kami menyebutnya varietas raksasa asal Aceh. Karena tanamannya besar tinggi dan bulir gabah sampai 800an bulir," tegas Soenarko.
KEYWORD :Teknologi Jarwo Riting Plus Inovasi P4S Banjarnegara Dedi Nursaymsi Krisis Pangan