Kelompok Wanita Tani (KWT) Bina Pertani yang berada di Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung semakin giat untuk meningkatkan produksi sayuran dan biofarmaka
Jakarta, Jurnas.com - Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia memaksa setiap orang untuk tetap berada di rumah dan menjaga jarak serta mengikuti protokol kesehatan demi memutus rantai penyebaran virus. Namun demikian, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo berkali-kali menegaskan bahwa sektor pertanian tidak boleh berhenti.
"Dalam menghadapi krisis yang ada, pertanian menjadi pilihan untuk bisa survive. Oleh Karena itu, mari kita menggalakkan pertanian, tidak perlu dengan lahan besar. Kita perlu melakukan percepatan tanam dan memanfaatkan setiap jengkal lahan kosong untuk ditanami tanaman yang cepat panen di masa pandemi Covid-19. Di family farming atau lahan-lahan Keluarga di sekitar rumah kita menjadi sangat penting," kata Syahrul dalam kunjungannya pada kegiatan peninjauan penerima manfaat Pekarangan Pangan Lestari (P2L) di Gowa (31/5).
Instruksi Mentan Syahrul itu ditegaskan kembali oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Dedi Nursyamsi. "Sektor yang lain mungkin terhenti dengan adanya Covid-19, namun sector pangan harus tetap berjalan, karena seluruh rakyat Indonesia membutuhkan pangan," tegas Syahrul.
Menindaklanjuti arahan Mentan, Kelompok Wanita Tani (KWT) Bina Pertani yang berada di Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung semakin giat untuk meningkatkan produksi sayuran dan biofarmaka yang dikembangkan mereka di lahan pekarangan.
KWT yang terbentuk pada 9 November 2012 ini, didampingi oleh Retno Sawitri selaku penyuluh pendamping, memulai usaha agribisnis sayuran dengan hanya bermodalkan iuran Rp10.000 per anggota untuk memulai usahanya.
Berawal dari anggota yang hanya berjumlah 12 orang itulah, mereka berkomitmen untuk mempunyai mempertahankan dan meningkatkan agribisnis sayuran pekarangan mereka sehingga bisa mendapatkan penghasilan yang layak, terukur, periodik dan berkesinambungan.
Widarmi, selaku ketua KWT Bina Pertani menceritakan bahwa di awal memulai kegiatan agribisnis sayuran di pekarangan ini, dia dan anggota KWT-nya menabung Rp10.000 per orang untuk dibelikan bibit sayuran seperti selada, bayam, sawi dan polybag sebagai wadah media tanamnya.
Tingkatkan Produksi Padi Musim Kemarau, Kementan Siap Latih Widyaiswara, Dosen, Guru dan Penyuluh Pertanian
"Kalau bibit cabe, tomat, rampai, terong kami buat sendiri seadanya. Kalau kehabisan polibag kami masih bisa menggunakn bekas kemasan minyak goreng, gelas plastik bekas dan juga bekas kantong semen,” tambah Widarmi.
Dengan semangat yang kuat itu, kini KWT Bina Pertani telah banyak dikenal masyarakat khususnya di Kabupaten Lampung Tengah berkat kesuksesannya mengatasi kerawanan pangan dengan memanfaatkan lahan pekarangan.
Kini KWT Bina Pertani sudah memiliki anggota sebanyak 45 orang. Usaha yang dikembangkan juga sudah beragam. Selain agribisnis sayuran dan biofarmaka, mereka juga menghasilkan produk kerajinan tangan seperti caping lukis, gantungan bunga/sayur dan pengolahan jus sayuran.
"Ke depan, kami bercita-cita untuk mengembangkan pemasaran produk kami lebih luas lagi, memiliki showroom untuk memasarkan produk-produk kami dan juga mengembangkan pertanian organik yang sehat dan aman bagi kesehatan untuk produk sayuran kami," kata Widarmi menutup pembicaraan.
KEYWORD :Krisis Pangan Petani Lampung Dedi Nursyamsi Syahrul Yasin Limpo Lahan Pekarangan