Paus Francis melakukan munajat
Jakarta, Jurnas.com - Paus Francis meminta kedua pihak dalam perang saudara Libya untuk mencari perdamaian, mendesak masyarakat internasional untuk memfasilitasi pembicaraan dan melindungi para pengungsi dan migran yang katanya adalah korban kekejaman.
Dalam permohonan yang berapi-api selama pidatonya di St Peter`s Square, Minggu (14/06) Paus mengatakan dia merasa sedih dengan situasi di Libya, yang tidak memiliki otoritas pusat yang stabil sejak diktator Muammar Gaddafi digulingkan oleh pemberontak yang didukung NATO pada tahun 2011 silam.
Selama lebih dari lima tahun Libya telah memiliki parlemen dan pemerintah saingan di timur dan barat, dengan jalan-jalan sering dikontrol oleh kelompok-kelompok bersenjata dan pertempuran sporadis.
Rusia Bersiap Ambil Alih Senjata Berat Wagner
"Silahkan! Saya mendesak badan-badan internasional dan mereka yang memiliki tanggung jawab politik dan militer untuk memulai kembali, dengan keyakinan dan tekad, mencari jalan menuju berakhirnya kekerasan, yang mengarah pada perdamaian, stabilitas dan persatuan di negara ini, ”katanya dikutip Middleeast, Senin (15/06).
Mesir mengumumkan inisiatif baru untuk Libya pada hari Sabtu. Sementara itu Rusia dan Turki, yang mendukung pihak lawan di Libya, telah menunda pembicaraan tingkat menteri mengenai konflik tersebut.
Libya terbagi antara Tentara Nasional Libya (LNA) dan saingannya Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) dengan negara-negara terpecah karena dukungan mereka terhadap LNA atau GNA.
Dalam referensi yang jelas tentang pandemi covid-19, Paus mengatakan kondisi kesehatan para migran, pengungsi, dan pencari suaka yang sudah genting telah diperburuk, menjadikan mereka lebih rentan terhadap eksploitasi dan kekerasan.
“Ada kekejaman. Saya memanggil komunitas internasional - Tolong! - untuk mengambil hati mereka ke hati. Brother dan sister, kita semua memiliki tanggung jawab dalam hal ini. Tidak ada yang bisa menganggap diri mereka terbebas dari ini, ”katanya.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia seperti Dokter Tanpa Batas mengatakan orang-orang di pusat-pusat penahanan migran di Libya ditahan dalam kondisi berbahaya dan terekspos dengan pelanggaran.
KEYWORD :Paus Francis Perang Saudara Pemerintah Libya