Hamparan bawang merah (Foto: Ist)
Jakarta, Jurnas.com - Direktorat Jenderal Hortikultura (Ditjen Hortikultura) melakukan berbagai upaya untuk memastikan produksi pangan cukup memenuhi kebutuhan nasional serta terjangkau oleh masyarakat, termasuk komoditas nonsubstitusi bawang merah.
Untuk menggenjot produksi di tengah kenaikan harga benih asal umbi pada musim tanam tahun ini, penggunaan benih biji atau menjadi pilihan terbaik.
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto saat dihubungi, Sabtu (2/6), menegaskan bahwa pihaknya intensif mendorong penanaman bawang merah sekaligus memberikan stimulus APBN di daerah-daerah pengembangan baru.
"Kami dorong pengembangan bawang merah terutama di daerah yang selama ini dipetakan defisit. Tujuannya agar daerah tersebut mampu memproduksi, setidaknya untuk kebutuhannya sendiri. Lebih bagus kalau bisa mendukung pasokan wilayah sekitarnya," ujar Prihasto.
Menurut Prihasto, bulan ini para petani bawang merah di berbagai sentra utama seperti Brebes, Pantura Jawa dan Nganjuk sedang memasuki musim tanam raya. Ia mendorong petani untuk menanam benih biji atau True Shallot Seed (TSS).
April 2024, Inflasi Turun jadi 0,25 Persen
"Harga benih biji jauh lebih murah, produktivitasnya juga bagus. Memang butuh upaya dan waktu ekstra dibanding pakai benih umbi. Tapi ini adalah solusi di tengah mahalnya harga benih umbi bawang merah belakangan ini," tandasnya.
Sementara itu Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Tommy Nugraha menambahkan, pihaknya terus memacu produksi bawang merah terutama di bulan-bulan yang diprediksi mengalami neraca defisit.
Pemerintah Tidak Buka Opsi Impor Bawang Merah
"Berdasarkan Early Warning System (EWS), secara kumulatif produksi nasional bawang merah mencukupi kebutuhan selama setahun. Hanya di bulan-bulan tertentu pasokannya perlu diantisipasi sejak dini, terutama di bulan Oktober hingga Desember 2020 nanti," ujar Tommy.
"Kalau sudah begini, perlu intervensi teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas. Salah satu caranya ya kita alihkan petani menggunakan benih bawang merah biji," tambahnya
Tidak tanggung-tanggung, pihaknya bahkan fokus untuk seluruh kawasan bawang merah yang difasilitasi APBN tahun ini seluas lebih dari 1.000 hektare untuk menggunakan benih biji. Terlebih saat ini harga benih umbi khususnya jenis Bima Brebes dinilai sangat tinggi hingga mencapai lebih dari Rp70 ribu per kg.
"Jika (harga, Red) benih segitu maka akan berimbas ke tingginya biaya produksi," tegas tommy.
Salah seorang petani bawang merah di Brebes yang juga aktif membudidayakan bawang merah biji selama lebih dari 10 tahun, Iyus, menyatakan bahwa banyak petani yang enggan untuk beralih ke benih biji karena kendala saat persemaian.
"Memang di Brebes ini kebanyakan petani masih tergantung benih umbi karena belum terbiasa melakukan persemaian. Kalau sudah bisa sih sebenarnya mudah, memang lebih intensif saja perawatannya saat persemaian tapi total biaya produksinya jauh lebih murah dibanding bawang merah umbi. Hasilnya juga lebih menguntungkan," ujarnya.
Jenis bawang merah biji yang banyak dikembangkan petani saat ini adalah varietas Lokananta, yang mampu menghasilkan 15-18 ton per hektar, atau lebih tinggi dibandingkan bawang merah umbi di Brebes yang rerata menghasilkan 10-12 ton per hektare.
Hanya saja budidaya bawang merah biji butuh tambahan waktu persemaian sekitar 42 hari sehingga total sampai panen sekitar 100 hari.
KEYWORD :Bawang Merah Benih Biji Ditjen Hortikultura