Sabtu, 23/11/2024 00:09 WIB

Akibat Corona, 100 Juta Anak-anak Asia Selatan Terancam Miskin

Dalam skenario terburuk, virus yang pertama kali muncul di Wuhan, China akhir tahun lalu itu bisa mendorong 120 juta lainnya ke dalam kemiskinan dan kerawanan pangan dalam waktu enam bulan.

Foto menunjukkan anak-anak daerah kumuh yang menunggu pemberian makanan di New Delhi, India. (Foto: AFP)

New York, Jurnas.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan, lebih dari 100 juta anak-anak di Asia Selatan dapat jatuh ke dalam kemiskinan sebagai akibat pandemi virus corona dan mengingatkan dampak jangka panjang dari krisis tersebut.

Kasus-kasus di kawasan padat penduduk, yang merupakan rumah bagi hampir seperempat populasi dunia meningkat dalam beberapa pekan terakhir bahkan ketika kawasan itu menutup kuncinya untuk menghidupkan kembali ekonomi yang hancur berantakan akibat virus.

"Walaupun mereka mungkin kurang rentan terhadap virus itu sendiri, anak-anak sangat terpengaruh oleh dampak tersebut, termasuk konsekuensi ekonomi dan sosial dari penguncian itu," kata laporan oleh badan anak-anak PBB UNICEF.

Asia Selatan yang meliputi India, Pakistan, Afghanistan, Nepal, Bangladesh, Sri Lanka, Maladewa dan Bhutan  adalah rumah bagi sekitar 600 juta anak, dengan sekitar 240 juta sudah hidup dalam kemiskinan.

Dalam skenario terburuk, virus yang pertama kali muncul di Wuhan, China akhir tahun lalu itu bisa mendorong 120 juta lainnya ke dalam kemiskinan dan kerawanan pangan dalam waktu enam bulan.

"Tanpa tindakan segera sekarang, COVID-19 dapat menghancurkan harapan dan masa depan seluruh generasi," kata direktur regional UNICEF Asia Selatan, Jean Gough dalam sebuah pernyataan.

"Kemajuan dalam perawatan kesehatan  seperti imunisasi, nutrisi dan layanan lainnya sangat terganggu," tambahnya.

Di Bangladesh, UNICEF mengatakan menemukan bahwa beberapa keluarga termiskin tidak mampu membeli tiga kali sehari, sementara di Sri Lanka surveynya menunjukkan bahwa 30 persen keluarga telah mengurangi asupan makanan mereka.

Dengan ditutupnya sekolah, anak-anak yang lebih miskin telah berjuang untuk melanjutkan pendidikan mereka, terutama mereka yang tinggal di rumah tangga pedesaan tanpa akses internet  atau bahkan listrik.

"Ada kekhawatiran bahwa beberapa siswa yang kurang beruntung dapat bergabung dengan hampir 32 juta anak-anak yang sudah putus sekolah sebelum COVID-19 melanda," tambah laporan itu.

Kekhawatiran utama lainnya termasuk risiko kekerasan dalam rumah tangga, depresi dan masalah kesehatan mental lainnya dengan kaum muda menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. (Press TV)

KEYWORD :

Virus Corona Asia Selatan Badan PBB Dampak COVID-19




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :