Jum'at, 22/11/2024 23:35 WIB

Akan Bangun Taman Pahlawan, Trump Dianggap Frustasi

Julian Zelizer, seorang profesor sejarah politik di Universitas Princeton, gagasan Trump tentang Taman Nasional Pahlawan Amerika dianggap sebagai taktik murni politis.

Presiden AS Donald Trump berbicara tentang situasi dengan Iran di Foyer Besar Gedung Putih pada 8 Januari 2020. (Foto: Getty Images)

Washington, Jurnas.com - Wacana pembangunan taman pahlawan nasional Amerika Serikat (AS) yang dicetuskan oleh Presiden AS Donald Trump, kini dipertanyakan oleh sejumlah ahli.

Julian Zelizer, seorang profesor sejarah politik di Universitas Princeton, gagasan Trump tentang Taman Nasional Pahlawan Amerika dianggap sebagai taktik murni politis.

"Dia sedang mencoba menggunakan versi spesifik dari sejarah Amerika untuk mempromosikan serangannya terhadap `kiri radikal` dan untuk menarik kaum konservatif yang mungkin frustrasi dengan kebijakan pandemi pemerintahan yang gagal," katanya kepada AFP pada Senin (6/7).

Presiden melayangkan gagasan itu dalam pidatonya Jumat pekan lalu di depan patung besar Gunung Rushmore dari empat pendahulunya yang paling terkenal, yakni George Washington, Thomas Jefferson, Abraham Lincoln, dan Theodore Roosevelt.

Gedung Putih mengungkapkan taman nasional itu nantinya akan mencakup keserupaan yang "realistis" dan bukan "abstrak", sebagai bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh bersejarah yang memberikan kontribusi penting bagi kehidupan publik Amerika.

Pidato Trumpmore di Rushmore merupakan respons yang agresif terhadap pengunjuk rasa anti-rasisme, yang telah merusak atau menghancurkan patung-patung di beberapa kota, tidak hanya para jenderal Perang Sipil tetapi juga orang-orang Amerika yang terkenal, yang dalam beberapa kasus, memiliki budak.

Trump mengatakan, taman luar biasa luas yang ia bayangkan akan menampilkan patung-patung orang Amerika terhebat yang pernah hidup.

Tapi siapa mereka? Dan siapa yang akan memutuskan?

Daftar tentatif yang dikutip dalam keputusan presiden menampilkan sejumlah tokoh, termasuk George Washington; pemimpin hak-hak sipil Martin Luther King Jr; penjaga perbatasan Davy Crockett; penginjil populer Billy Graham; mantan presiden Ronald Reagan; dan almarhum hakim agung Antonin Scalia, pilar hak konservatif. Namun dalam daftar itu tidak menyertakan para tokoh modern AS yang beraliran kiri.

Bagi James Grossman, yang mengepalai American Historical Association menyebutkan bahwa pilihan Trump bervariasi dinilai ganjil dan terkesan provokatif, kata dia kepada The Washington Post.

Selain merayakan tokoh-tokoh dari kehidupan publik dan pribadi Amerika, mulai dari para pemimpin politik hingga penemu dan bintang olahraga, Gedung Putih mengatakan taman itu juga akan mencakup orang-orang non-Amerika yang memberikan kontribusi signifikan pada penemuan, pengembangan atau kemandirian negara tersebut.

Disebutkan, Christopher Columbus dan Marquis de La Fayette, pemuda Prancis yang bertempur di pihak Amerika dalam Perang Revolusi.

Juga disebutkan adalah biarawan Spanyol Junipero Serra, yang mendirikan beberapa misi Katolik di California abad ke-18. Paus Francis mengkanonisasi dia pada 2015, meskipun beberapa penduduk asli Amerika mengatakan dia adalah bagian dari proses penjajahan yang keras dan merusak.

KEYWORD :

Donald Trump Taman Pahlawan Nasional Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :