Minggu, 24/11/2024 00:39 WIB

Bunda, Ini Tips Jadi Guru yang Baik untuk Anak di Rumah

Agar proses pembelajaran di rumah berjalan mengasyikkan, psikolog sekaligus pemerhati pendidikan, Tika Bisono menyarankan orang tua memulai dengan bermain peran (role play), sebagai contohnya mengenakan kostum menarik saat mengajar.

Psikolog dan pemerhati pendidikan Tika Bisono (foto: Muti/Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com - Kegiatan belajar dari rumah akibat pandemi Covid-19 kerap kali membuat orang tua gagap. Bila biasanya pendidikan anak diserahkan kepada guru di sekolah, kini ortu harus melakoni peran sebagai pengajar tersebut di rumah.

Namun bunda tidak perlu kebingungan. Agar proses pembelajaran di rumah berjalan mengasyikkan, psikolog sekaligus pemerhati pendidikan, Tika Bisono menyarankan orang tua memulai dengan bermain peran (role play), sebagai contohnya mengenakan kostum menarik saat mengajar.

"Jadi guru dan ortu selagi mengajar harus role play, tidak boleh jaim. Pasti anak-anak akan seru banget, tidak ingin selesai," kata Tika dalam kegiatan Kemah Karakter Virtual hari kedua, pada Selasa (7/7) yang dilaksanakan oleh Pusat Penguatan Karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).

Melakukan role play bagi ortu yang memiliki anak usia 3-12, sambung Tika, cukup efektif karena usia SD ke bawah biasanya lebih suka bermain ketimbang belajar yang serius. Melalui kesukaannya inilah orang tua dapat memasukkan unsur-unsur pendidikan.

"Anak-anak harus diberikan sesuatu yang menarik, penuh warna, penuh personifikasi. Kalau dongeng itu perlu yang begini (role play). Bagi ayah ibu, harus begini kalau mau menghadapi anak-anak," jelas dia.

Lebih lanjut, Tika tidak menyarankan orang tua hanya mengekang anak belajar di dalam rumah. Dia menyebut anak memerlukan ruang bermain yang dia nilai penting untuk membentuk karakter.

"Bawa anak-anak ke luar rumah karena alam menyediakan ruang yang tidak terbatas," ujar Tika.

Tika menyebut anak-anak saat ini termasuk dalam generasi Z yang berbeda karakteristiknya dari generasi sebelumnya. Karenanya, orang tua harus mengenali karakter umum mereka terlebih dahulu, alih-alih memaksakan cara-cara yang rigit.

Karakteristik generasi Z tersebut antara lain, menghargai keberagaman, sanggup berkompromi, agen perubahan, menekankan target, kolaboratif dan kontributif, senang berbagi, pengguna aktif internet, dan sering kecanduan gadget.

"Penggunaan internet per hari rata-rata 5 jam 6 menit menurut survei. Nah, anak-anak tidak boleh kelamaan gadget, karena matanya pasti akan rusak," tandas Tika.

Sebelumnya, Kepala Pusat Penguatan Karakter Kemdikbud, Hendarman mengatakan Kemah Karakter Virtual merupakan kemah virtual pertama di dunia, dan diikuti oleh 2.982 peserta dari seluruh Indonesia.

"Kemah karakter virtual ini untuk mengisi waktu libur anak-anak. Kegiatan ini disinkronisasikan dengan Hari Keluarga Nasional 29 Juni 2020 dan Hari Anak Nasional 23 Juli 2020," terang Hendarman dalam pembukaan Kemah Karakter Virtual pada Senin (6/7).

Hendarman menjelaskan, Kemah Karakter Virtual yang diikuti oleh siswa dan orang tua siswa ini memiliki lima tujuan. Pertama, menumbuhkan kecintaan pada Pancasila; Kedua, memberikan pemahaman tentang Pancasila dan kebhinekaan global; Ketiga, mengajak generasi muda mengamalkan Pancasila.

"Keempat, melalui kemah virtual pertama ini di dunia ini kami ingin mengeratkan hubungan siswa dengan anggota keluarga dalam praktik baik setiap hari," terang Hendarman.

Hendarman menambahkan, pasca Kemah Karakter Virtual berakhir pada 9 Juli 2020, peserta diminta untuk mengerjakan tugas akhir yang didampingi mentor pada 10-12 Juli 2020.

KEYWORD :

Kemah Karakter Virtual Belajar dari Rumah Kemdikbud




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :