Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian
Jakarta, Jurnas.com - Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian meyakini bahwa pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 bisa memiliki dampak positif dalam pencegahan dan penanggulangan pandemic Covid-19.
Ajang tersebut menurut Mendagri bisa menjadi momen penting menguji kepedulian para kandidat menanggulangi masalah nyata yang tengah dihadapi langsung warga, yakni pandemi Covid-19.
“Penanganan pandemi Covid-19 tidak akan bisa diselesaikan hanya oleh pemerintah pusat, karena adanya sistem desentralisasi otonomi daerah. Inilah saatnya para kepala daerah memberikan kontribusi maksimal,” kata Tito, menyatakan dasar pertimbangannya.
Seiring Pilkada, Tito melihat momen tersebut bisa menjadi alat ukur dan penera bagi masyarakat tentang sejauh mana kepedulian calon pemimpin mereka terhadap warga masyarakat yang (akan) mereka pimpin.
“Dengan demikian, Pilkada adalah momen penting dan pas untuk ajang adu gagasan dan berbuat nyata secara maksimal bagi para kontestan dalam menangani pandemi Covid-19 dan dampak sosial ekonominya,” kata Tito.
Bagi kepala daerah petahana yang kembali berjuang mempertahankan kursi, Pilkada juga akan menjadi ujian nyata mereka untuk all-out mengendalikan dan menghentikan penularan Covid-19 dan dampak sosial ekonomi di daerahnya.
Sementara kontestan non-petahana pun bisa secara maksimal menyampaikan gagasan mereka yang paling efektif, menunjukkan komitmen tinggi untuk mengatasi persoalan yang kian menggerogoti setiap sendi kehidupan masyarakat, bahkan di kala mereka belum menjadi pemimpin secara legal.
Justru dengan ujian paling riil itu, kata Tito, setiap kandidat benar-benar bisa memikirkan, mengkreasi dan melaksanakan ide-ide paling brilian yang mereka bisa untuk seefektif mungkin memberantas Covid-19 di daerahnya.
“Di lain pihak, masyarakat pemilih pun akan melihat dengan nyata, siapa calon yang paling punya komitmen, paling peduli dan paling gigih memperjuangkan nasib mereka dalam penanganan Covid-19,” kata Tito.
Proses pelaksanaan Pilkada di masa pandemi juga akan menegaskan siapa sesungguhnya pemimpin yang tak hanya paling cerdas dan kreatif, melainkan juga penuh tanggung jawab.
Pasalnya, selama proses Pilkada—terutama kampanye, mereka harus selalu mematuhi protokol jaga jarak dan menghindari kerumunan sosial. Kontestan yang nota bene calon pemimpin itu pun harus bisa mengendalikan massa pemilih.
“Khalayak bisa melihat, mana kontestan yang bisa mengumpulkan tatap muka terbatas dengan jaga jarak dan tidak ada convoy-convoy yang kurang penting, mana yang tak mampu mengendalikan massa pemilih sehingga terjadi pengumpulan massa yg tidak bisa jaga jarak dan tidak pakai masker, kan semuanya menjadi bahan pertimbangan rakyat untuk memilih,” kata Tito.
Sebelumnya, dalam rapat dengan Komisi II DPR RI yang disiarkan langsung di saluran YouTube, Kamis (11/6), Mendagri Tito memaparkan analisis dampak positif penyelenggaraan Pilkada 2020 pada masa pandemi terhadap pencegahan penyebaran virus Corona (Covid-19).
Tito juga memaparkan pengalaman Korea Selatan (Korsel) yang lebih dulu menggelar pemilu di tengah pandemic dengan tingkat partisipasi pemilih yang meningkat dari 58 persen menjadi 62 persen, dengan melibatkan partisipasi aktif para kontestan Pilkada.
"Salah satu temuan penelitian mereka adalah karena masalah Covid-19 ini menyentuh semua masyarakat, sehingga akhirnya 29 juta pemilih menjadi sangat concern dengan isu Covid. Isu Covid-19 menjadi isu sentral dalam kampanye,” kata kata Tito.
Dengan potensi 270 daerah yang akan menggelar Pilkada dan diperkirakan ada 220 petahana yang kembali bersaing, Tito menyebut hal itu sebagai potensi untuk menangani Covid-19 secara lebih partisipatif.
KEYWORD :Kemendagri Tito Karnavian Pilkada Covid-19