Rektor Universitas Terbuka Prof. Ojat Darojat (Foto: Muti/Jurnas.com)
Jakarta, Jurnas.com - Rektor Universitas Terbuka (UT) Prof. Ojat Darojat menyebut terdapat dua hal yang Angka Partisipasi Kasar (APK) perguruan tinggi Indonesia masih rendah.
Ojat mengatakan, yang pertama ialah faktor ekonomi. Secara umum, masyarakat usia 18-23 tahun kurang didukung oleh ekonomi yang memadai, sehingga gagal melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
"Kita tahu bahwa untuk mengikuti pendidikan tinggi walau ada berbagai program bantuan dari pemerintah, tapi itu tidak cukup," kata Ojat dalam konferensi pers di sela-sela wisuda daring tahun akademik 2019/2020 di kantor Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, pada Selasa (21/7).
UT Buka Tiga Prodi Vokasi Baru Mulai Tahun Depan
Penyebab yang kedua, lanjut Ojat, ialah faktor geografis. Ojat menilai saat ini banyak lulusan SMA yang tidak bisa melanjutkan perguruan tinggi, karena berasal dari daerah terpencil.
Sedangkan untuk mengakses perguruan tinggi, mereka umumnya harus pergi ke pusat-pusat kota dan jauh meninggalkan rumah dan keluarga.
"Tidak memungkinkan bagi mereka harus meninggalkan keluarga. Jadi masalah jarak juga menjadi tekanan bagi mereka," ungkap Ojat.
Karena itu, Ojat menyebut keberadaan Universitas Terbuka mencoba memberikan akses kepada seluruh lapisan masyarakat untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi.
Dari segi nominal, kata Ojat, Universitas Terbuka memberikan biaya yang terjangkau karena tidak memberlakukan uang gedung maupun uang pangkal.
"Biaya per semester itu sangat murah karena memang juga diarahkan pemerintah agar memberikan hak asasi pendidikan tinggi bagi seluruh masyarakat," kata Ojat.
"Cuma, masih banyak anggota masyarakat yang belum tahu UT, bahwa di Indonesia ada UT yang sangat terjangkau. Bukan hanya dilihat dari UKT (Uang Kuliah Tunggal), tapi juga dari sisi yang lain," sambung dia.
Untuk menjembatani masalah geografis, Ojat mengatakan bahwa Universitas Terbuka menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring, sehingga memungkinkan mahasiswa untuk tetap belajar dari rumah masing-masing.
"UT ini perguruan tinggi negeri yang dirancang secara berbeda dari perguruan tinggi tatap muka lainnya. Kita yang mengimplementasikan PJJ sejak 36 tahun lalu. Sehingga UT mungkin memberikan semua lapisan masyarakat," kata Ojat.
Sementara Wakil Presiden RI Ma`ruf Amin yang memberikan sambutan dalam prosesi wisuda daring Universitas Terbuka mengatakan, saat ini baru 9,7 persen penduduk Indonesia yang bisa melanjutkan ke perguruan tinggi.
Selain itu, Wapres Amin juga menyoroti masalah rendahnya produktivitas pekerja Indonesia, sehingga menempati posisi kelima di Asean.
Padahal di sisi lain, pemerintah sedang berupaya meningkatkan kapasitas SDM agar bisa bersaing secara global. Dia menyebut universitas memiliki kontribusi besar untuk mewujudkan tujuan itu.
"Saat ini APK pendidikan tinggi kita masih di bawah 40 persen. Dengan adanya Universitas Terbuka sebagai pionir PJJ, diharapkan dapat mendorong APK tersebut," ujar Wapres Amin.
Wapres juga mengapresiasi Universitas Terbuka karena sudah selangkah lebih maju dari perguruan tinggi konvensional dalam hal pelaksanaan PJJ. Karenanya Wapres menyebut UT pantas dijadikan pemimpin dalam pembelajaran daring.
"Kita akui untuk pembelajaran daring, Universitas Terbuka menjadi pemimpin, jauh dari perguruan tinggi lainnya. Selain biaya terjangkau, Universitas Terbuka bisa diakses siapapun, dan kualitasnya terjamin," tandas Wapres Ma`ruf Amin.
KEYWORD :APK Perguruan Tinggi Universitas Terbuka Ojat Darojat