Sabtu, 23/11/2024 01:33 WIB

Ayatollah Khamenei: Iran Tidak akan Pernah Lupa Tragedi Pembunuhan Soleimani

Iran membalas atas kematian Soleimani beberapa hari setelahnya dengan menembakkan sejumlah rudal ke pasukan AS yang ditempatkan di Irak, tetapi Presiden AS Donald Trump memilih untuk tidak menanggapi secara militer.

Pemimpin Revolusi Islam Iran, Ayatollah Sayyid Ali Khamenei memberi isyarat saat pertemuan dengan ratusan siswa terbaik di Teheran, 9 Oktober 2019. (Foto oleh Khamenei.ir)

Teheran, Jurnas.com - Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei mengatakan, Teheran tidak akan mencampuri hubungan Baghdad dengan Washington. Namun, memperingatkan bahwa kehadiran Amerika Serikat (AS) penyebab ketidakamanan.

"Iran tidak akan ikut campur dalam hubungan Irak dengan AS tetapi mengharapkan teman-teman Irak untuk mengenal AS dan menyadari, kehadiran mereka di negara mana pun menyebabkan kehancuran," kata Ayatollah Khamenei saat bertemu Perdana Menteri Irak, Mustafa Al-Kadhemi pada Selasa (21/7).

"Republik Islam mengharapkan keputusan parlemen untuk mengusir AS untuk ditaati karena kehadiran mereka adalah penyebab ketidakamanan," sambungnya.

Pernyataan Khamenei itu merujuk pada pembunuhan AS atas jenderal tinggi Iran, Qasem Soleimani dalam serangan pesawat tak berawak Januari di Baghdad. Setelah itu, parlemen Irak memilih untuk mengusir pasukan AS.

"Mereka membunuh tamumu di rumahmu dan dengan terang-terangan mengakuinya. Iran tidak akan pernah melupakan ini dan pasti akan memberikan pukulan balasan kepada Amerika," kata Khamenei.

Iran membalas atas kematian Soleimani beberapa hari setelahnya dengan menembakkan sejumlah rudal ke pasukan AS yang ditempatkan di Irak, tetapi Presiden AS Donald Trump memilih untuk tidak menanggapi secara militer.

Menurut Khamenei, Iran menentang apa pun yang dapat melemahkan pemerintah Irak berbeda dengan AS, yang tidak ingin pemerintah Irak yang kuat dan dipilih melalui pemilihan umum.

Kadhemi dijadwalkan untuk mengunjungi Arab Saudi sebagai perjalanan pertamanya ke luar negeri, kemudian dengan cepat menindaklanjutinya dengan perjalanan ke Teheran.

Kadhemi naik ke jabatan perdana menteri pada Mei setelah menjabat sebagai kepala Badan Intelijen Nasional Irak selama hampir empat tahun.

Ia membentuk hubungan dekat dengan Teheran, Washington dan Riyadh selama waktu itu, memicu spekulasi bahwa dia bisa berfungsi sebagai mediator langka di antara ibukota.

Perjalanannya ke Teheran terjadi setelah menerima Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif di Baghdad pada Minggu (19/7).

Hubungan antara kedua negara tidak selalu dekat - mereka berperang berdarah dari 1980 hingga 1988. Pengaruh Teheran di Baghdad tumbuh setelah invasi pimpinan-AS 2003 ke Irak menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein.

Iran sekarang memiliki pengaruh signifikan terhadap banyak kelompok politik Syiah Irak.

Delegasi Irak termasuk menteri urusan luar negeri, keuangan, kesehatan dan perencanaan, serta penasihat keamanan nasional Kadhemi, beberapa di antaranya juga bertemu dengan rekan-rekan Iran mereka.

Kadhemi juga mengadakan pembicaraan dengan Presiden Hassan Rouhani untuk membahas hubungan perdagangan yang lebih dekat, memerangi virus corona baru dan upaya untuk memastikan stabilitas regional, kata televisi pemerintah. (Arab News)

KEYWORD :

Arab Saudi Amerika Serikat Donald Trump Ayatollah Ali Khamenei




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :