Sabtu, 23/11/2024 20:01 WIB

Kunjungi Beirut, Presiden Macron: Lebanon Tidak Sendiri

Macron mengunjungi zona ledakan tepi pelabuhan Beirut, yang sekarang menjadi gurun reruntuhan yang menghitam, puing-puing, dan puing-puing hangus tempat kawah selebar 140 meter telah terisi air laut.

Macron mengunjungi lingkungan Gemayzeh, yang mengalami kerusakan parah akibat ledakan tersebut. (Foto AP)

Beirut, Jurnas.com -  Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengunjungi Beirut pada Kamis (6/8), menjanjikan dukungan dan mendesak perubahan setelah ledakan besar menghancurkan ibu kota Lebanon.

"Lebanon tidak sendirian," cuit Macron pada saat kedatangan sebelum berjanji Paris akan mengoordinasikan upaya bantuan internasional setelah ledakan yang menewaskan sedikitnya 137 orang, melukai ribuan orang, dan menyebabkan kerusakan miliaran dolar.

Macron juga memperingatkan bahwa Lebanon yang sudah terperosok dalam krisis ekonomi yang dalam, membutuhkan dana talangan dan dilanda kekacauan politik akan terus tenggelam kecuali jika negara itu menerapkan reformasi yang mendesak.

Macron mengunjungi zona ledakan tepi pelabuhan Beirut, yang sekarang menjadi gurun reruntuhan yang menghitam, puing-puing, dan puing-puing hangus tempat kawah selebar 140 meter telah terisi air laut.

Saat Macron memeriksa apotek yang hancur, kerumunan mengamuk melampiaskan amarah mereka pada kepemimpinan mereka, dengan meneriakkan "revolusi" dan "orang-orang ingin rezim ini diakhiri!"

Kunjungan Macron ke negara kecil Mediterania, anak didik Prancis Timur Tengah dan mantan protektorat era kolonial, adalah yang pertama oleh kepala negara asing sejak tragedi Selasa (4/8) yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dua hari kemudian, Lebanon masih belum pulih dari ledakan yang begitu dahsyat hingga dirasakan di negara-negara tetangga, awan berbentuk jamur menggambar perbandingannya dengan bom atom Hiroshima.

Ledakan mematikan itu menyebabkan puluhan lainnya hilang dan 5.000 orang terluka, banyak dari pecahan kaca yang beterbangan saat jendela meledak.

Gubernur Beirut memperkirakan hingga 300.000 orang telah kehilangan tempat tinggal sementara oleh kehancuran, yang katanya akan menelan biaya negara yang dililit utang lebih dari tiga miliar dolar.

Menurut beberapa pejabat, ledakan tersebut disebabkan oleh kebakaran yang menyulut 2.750 ton pupuk amonium nitrat yang disimpan selama bertahun-tahun di gudang tersebut.

Bahkan saat mereka menghitung jumlah korban tewas dan membersihkan jalan, banyak orang Lebanon mendidih karena ledakan yang mereka anggap sebagai ekspresi paling mengejutkan dari ketidakmampuan kepemimpinan mereka.

"Kami tidak tahan lebih dari ini. Ini dia. Seluruh sistem harus berjalan," kata Mohammad Suyur, 30 tahun, saat mengambil pecahan kaca di Mar Mikhail, salah satu distrik kota yang paling parah terkena dampaknya. (Arab News)

KEYWORD :

Ledakan Mengerikan Lebanon Negara Arab Prancis Emmanuel Macron




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :