Presiden Prancis Emmanuel Macron (tengah) sedang memeriksa kerusakan di pelabuhan ibu kota Lebanon, Beirut pada 6 Agustus 2020. (Foto AFP)
Beirut, Jurnas.com - Presiden Lebanon, Michel Aoun mengatakan, tidak ada lagi kekuatan kolonial yang boleh meninjakkan kakinya ke Lebanon. Itu disampaikan setelah kunjungan Presiden Prancis, Emmanuel Macron ke Beirut yang memicu kemarahan di antara warga Lebanon.
"Kedaulatan Lebanon tidak akan dirusak di bawah pengawasan saya," kata Aoun kepada wartawan, Jumat (7/8), tiga hari setelah ledakan besar terjadi di sebuah pelabuhan di Beirut, menewaskan 154 orang dan melukai 5.000 lainnya.
Macron muncul di lokasi ledakan pada Kamis (6/8), beraksi menggulung lengan baju dan bergaya bak seorang pemimpin yang peduli, dengan berkeliling dan berbicara dengan orang-orang.
Selama pertemuan dengan Aoun, Macron juga menyerukan penyelidikan internasional atas ledakan dahsyat itu dan dilaporkan mengancam para pemimpin Lebanon dengan sanksi jika tidak tunduk pada reformasi dan "perubahan politik".
Lebanon memperoleh kemerdekaan dari penjajahan Prancis lebih dari tujuh dekade lalu. Namun, Aoun menolak seruan penyelidikan internasional seperti yang diminta Macron dalam pidatonya pada Jumat (7/8).
Ledakan terjadi di gudang penyimpanan bahan yang sangat mudah meledak, khususnya amonium nitrat, yang biasa digunakan baik dalam pembuatan pupuk maupun bom.
Aoun mengatakan ledakan itu mungkin dipicu oleh serangan asing. "Penyebabnya belum ditentukan. Ada kemungkinan gangguan eksternal melalui roket atau bom atau tindakan lainnya," ujarnya.
"Kami sudah meminta Macron untuk mengamankan gambar udara untuk menentukan apa yang terjadi dan jika Prancis tidak memilikinya, kami akan memintanya dari sumber lain," sambungnya.
Ia mengatakan penyelidikan akan menyelidiki penyebab ledakan itu.
Sebelumnya, Aoun mengatakan bahwa tidak dapat diterima bahwa 2.750 ton amonium nitrat telah disimpan di gudang selama enam tahun tanpa tindakan pengamanan.
Menurut Aoun, 20 petugas pelabuhan telah ditahan sebagai bagian dari penyelidikan. "Korupsi tidak terbatas pada pejabat di pelabuhan ini, dan upaya melawannya harus meluas ke semua pelabuhan," kata Aoun.
Ledakan itu terjadi di tengah kemarahan publik atas kesalahan manajemen elit yang berkuasa atas krisis ekonomi. Pound Lebanon terus merosot terhadap dolar AS, kehilangan lebih dari 60% nilainya selama beberapa pekan terakhir sementara sumber mata uang asing mengering.
Para pengamat mengatakan sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Lebanon telah memperburuk ekonominya yang sudah kesulitan. (Press TV)
KEYWORD :Ledakan Mengerikan Presiden Lebanon Michel Aoun Presiden Prancis Emmanuel Macron