Minggu, 24/11/2024 09:42 WIB

UEA, Negara Teluk Arab Pertama Capai Kesepakakatan dengan Israel

Pengumuman itu menjadikan UEA negara Teluk Arab pertama yang melakukannya dan hanya negara Arab ketiga yang memiliki hubungan diplomatik aktif dengan Israel.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Brussels, Belgia pada 11 Desember 2017 (Foto: Dursun Aydemir/Anadolu Agency)

Dubai, Jurnas.com - Pemerintah Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) mengumumkan akan menormalisasi hubungan diplomatik dan menjalin hubungan baru yang lebih luas pada Kamis (13/8) waktu setempat.

Dilansir dari Reuters, di bawah perjanjian tersebut, yang dibantu ditengahi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Israel setuju untuk menangguhkan rencana pencaplokan wilayah Tepi Barat yang diduduki.

Pengumuman itu menjadikan UEA negara Teluk Arab pertama yang melakukannya dan hanya negara Arab ketiga yang memiliki hubungan diplomatik aktif dengan Israel.

Israel menandatangani perjanjian damai dengan Mesir pada 1979 dan Yordania pada 1994. Tetapi UEA, bersama dengan sebagian besar negara Arab lainnya, tidak mengakui Israel dan tidak memiliki hubungan diplomatik atau ekonomi formal dengannya sampai sekarang.  Karena itu, UEA menjadi negara Teluk Arab pertama yang mencapai kesepakatan dengan negara Yahudi.

Pejabat dari tiga negara menyebut kesepakatan itu "bersejarah" dan terobosan menuju perdamaian. Tetapi para pemimpin Palestina, yang tampaknya terkejut, mengecamnya sebagai "tusukan di belakang" bagi perjuangan mereka.

Sebuah pernyataan bersama mengatakan Trump, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan Putra Mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammed bin Zayed telah menyetujui normalisasi penuh hubungan antara Israel dan UEA.

"Kesepakatan itu akan memungkinkan kedua negara untuk memetakan jalur baru yang akan membuka potensi besar di kawasan itu," katanya.

Israel dan UEA diharapkan diharapakan dalam waktu dekat akan bertukar duta besar dan kedutaan besar. Sementara itu, upacara penandatanganan akan diadakan di Gedung Putih.

"Sebagai hasil dari terobosan diplomatik ini dan atas permintaan Presiden Trump dengan dukungan dari UEA, Israel akan menangguhkan deklarasi kedaulatan atas wilayah Tepi Barat seperti yang dibayangkan dalam rencana AS yang diumumkan Trump pada Januari," katanya.

Perjanjian, yang dikenal sebagai Abraham Accord, juga memberi Trump pencapaian kebijakan luar negeri saat berupaya terpilih kembali pada 3 November. Berbicara di Kantor Oval Gedung Putih, Trump mengatakan kesepakatan serupa sedang dibahas dengan negara lain di kawasan itu.

Trump mengatakan perjanjian itu menyatukan dua mitra terdekat dan paling cakap As di kawasan dan mewakili langkah signifikan untuk membangun Timur Tengah yang lebih damai, aman, dan sejahtera.

UEA mengatakan akan tetap menjadi pendukung kuat rakyat Palestina, yang berharap menciptakan negara merdeka di Tepi Barat yang diduduki, Gaza dan Yerusalem Timur, dan bahwa perjanjian tersebut mempertahankan kelangsungan solusi dua negara angara Israel dan Palestina.

Kesepakatan itu juga bisa menjadi dorongan pribadi untuk Netanyahu, yang diadili atas tuduhan korupsi dan yang popularitas domestiknya menurun karena penanganannya terhadap pandemi virus corona (COVID-19).

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Netanyahu mengatakan, kesepakatan itu akan mengarah pada perdamaian penuh dan formal dengan UEA dan menyuarakan harapan bahwa negara-negara lain di kawasan itu akan mengikuti teladannya.

"Itu juga berarti menyetujui permintaan dari Trump untuk `menunggu sementara` untuk melaksanakan janji aneksasinya. Ini adalah momen yang sangat menyenangkan, momen bersejarah untuk perdamaian di Timur Tengah," ujar Netanyahu.

KEYWORD :

Amerika Serikat Donald Trump Palestina Negara Teluk Israel Uni Emirat Arab




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :