Ketua Komisi III DPR, Herman Herry
Jakarta, Jurnas.com - Ketua Komisi III DPR, Herman Herry mengapresiasi sekaligus mengucapkan terimakasih kepada Presiden Jokowi yang mengenakan pakaian adat suku Sabu, Nusa Tenggara Timur (NTT) saat pidato kenegaraan, dalam Sidang Tahunan MPR, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (14/8).
Sebagai putra daerah asal NTT, Herman mengaku bangga dengan pakaian adat yang dipakai Presiden Jokowi tersebut.
"Sebagai putra asal NTT, saya merasa bangga atas pakaian adat asal NTT yang dikenakan Bapak Presiden Jokowi saat pidato kenegaraan di DPR," kata Herman, kepada wartawan, di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (14/8).
Politikus asal NTT itu menilai, hal itu sebagai bentuk perhatian dan kepedulian Presiden Jokowi atas keberagaman bangsa Indonesia. Menurutnya, sikap Presiden Jokowi yang menjunjung tinggi nilai-nilai Kebhinekaan patut diapresiasi.
DPR Dukung Penuh Target Indonesia Bebas TBC 2029
"Tentu saya mengucapkan terimakasih sekaligus mengapresiasi atas kepedulian Bapak Presiden Jokowi terhadap pakaian adat daerah di tanah air. Saya kira hal itu sebagai bentuk kepedulian Bapak Presiden Jokowi atas keberagaman dan Kebhinekaan kita bangsa Indonesia," kata Herman.
Diketahui, Presiden Jokowi mengenakan baju adat suku Sabu NTT dalam Sidang Tahunan MPR dan sidang bersama DPR-DPD, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (14/8).
Baju adat yang dikenakan Presiden Jokowi nampak megah dengan warna hitam yang dikombinasikan dengan corak emas khas suku sabu NTT.
Pakaian ini memiliki nama sama dengan daerah asalnya yang mendiami Pulau Hai Rawu di daerah Sabu, Kabupaten Kupang yakni bernama Sabu.
Baju adat suku Sabu untuk laki-laki berbeda dengan perempuan. Dimana, pada laki-laki atasannya menggunakan kemeja putih lengan panjang, sedangkan bawahannya maupun selendang yang dikenakan merupakan sarung tenun.
Selain itu pada bagian kepala terdapat ikat kepala yang disebut lehu ketu. Ikat kepala ini berupa mahkota dengan tiga tiang yang terbuat dari emas.
Adapun aksesoris lainnya berupa kalung disebut mutisalak, kalung habas, sepasang gelang emas, dan sabuk yang memiliki saku.
Sementara itu pada perempuan baju adat suku sabu ini berupa kebaya dan juga dikombinasikan dengan sarung tenun yang membalut di sekeliling kebaya. Pada bagian pingga wanita suku sabu juga dilengkapi dengan sabuk berupa pending atau ikat pinggang.
Berdasarkan Informasi yang dirilis Kantor Staf Presiden, filosofi dibalik baju adat Sabu NTT yang dikenakan Presiden Jokowiu adalah Pulau Rote/Sabu adalah pulau terdepan di bagian ujung selatan Indonesia.
Selain itu, Presiden juga ingin menunjukkan bahwa Indonesia kaya dengan seni kriya, salah satunya tenun yang merupakan bagian dari kekayaan budaya nusantara.
Dengan mengenakan pakaian tradisional, Presiden juga ingin mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mencintai Indonesia, mencintai produk-produk Indonesia yang juga banyak diproduksi oleh masyarakat lokal/UMKM.
KEYWORD :Warta DPR Komisi III DPR Herman Herry Presiden Jokowi Baju Adat NTT