Sabtu, 23/11/2024 10:42 WIB

Nasrallah: Hizbullah akan Tanggapi jika Israel Dalang Ledakan Beirut

Bantuan kemanusiaan internasional telah mengalir masuk tetapi negara-negara asing telah mengaitkan bantuan keuangan dengan reformasi negara Lebanon, yang telah gagal membayar hutang negara yang sangat besar.

Sekretaris jendral gerakan perlawanan Libanon Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, menyampaikan siaran pidato dari ibukota Lebanon, Beirut, pada 25 Mei 2019.

Beirut, Jurnas.com - Pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah menegaskan bahwa Israel akan membayar harga yang sama, jika terbukti di balik ledakan pelabuhan Beirut.

Pemimpin kelompok kuat Muslim Syiah yang didukung Iran mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi, dua teori yang sedang diselidiki, yaitu kecelakaan karena kelalaian, atau sabotase yang menyebabkan ledakan gudang amonium nitrat.

Israel membantah terlibat dalam ledakan 4 Agustus yang menewaskan 172 orang, melukai 6.000 orang, merusak sebagian kota dan menyebabkan 300.000 kehilangan tempat tinggal.

Nasrallah mengatakan, di antara kemungkinan sabotase, adalah sengaja menembak atau menanam bom kecil. "Siapa yang berada di balik tindakan sabotase? Bisa sisi ini atau itu, dan bisa jadi Israel, yang tidak bisa disangkal siapa pun," katanya.

"Hizbullah sedang menunggu hasil penyelidikan Lebanon dan jika ditemukan ledakan ini adalah operasi sabotase teroris, dan bahwa Israel memiliki peran, maka tidak hanya Hizbullah yang akan menanggapi. Seluruh negara bagian Lebanonharus menanggapi," katanya.

"Israel akan membayar harga sebesar kejahatan jika melakukannya," tegas Nasrallah.

 

Nasrallah berbicara tak lama setelah Menteri Luar Negeri Iran ,Mohammed Javad Zarif mengatakan saat berada di Beirut bahwa komunitas internasional harus membantu Lebanon daripada memaksakan kehendaknya pada negara.

"Tidak manusiawi untuk mengeksploitasi rasa sakit dan penderitaan rakyat untuk tujuan politik," kata Zarif, seraya menambahkan bahwa Lebanon harus memutuskan masa depannya.

Bantuan kemanusiaan internasional mengalir masuk tetapi negara-negara asing mengaitkan bantuan keuangan dengan reformasi negara Lebanon, yang telah gagal membayar hutang negara yang sangat besar.

Iran dipandang sebagai pemain utama di Lebanon melalui dukungan, mempersenjatai, dan mendanai Hizbullah, yang didirikan oleh Pengawal Revolusi pada tahun 1982. Gerakan tersebut diklasifikasikan oleh Amerika Serikat sebagai kelompok teroris.

Peran Iran telah menyebabkan negara-negara Teluk Arab yang bersekutu dengan Amerika Serikat (AS) dalam beberapa tahun terakhir enggan memberikan dukungan keuangan kepada Lebanon.

Zarif bertemu Presiden Lebanon, Michel Aoun yang juga bertemu pada Jumat dengan pejabat AS dan Prancis dalam upaya mendesak Lebanon memerangi korupsi dan memberlakukan reformasi yang telah lama tertunda untuk membuka bantuan keuangan asing guna menyelesaikan krisis ekonomi terburuk dalam sejarahnya.

Mengunjungi Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik,  David Hale mengatakan Lebanon perlu membasmi korupsi, memberlakukan reformasi keuangan, membangun kendali negara atas pelabuhan dan perbatasan, dan mengubah sektor listrik.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly juga menyerukan pembentukan pemerintah yang mampu mengambil keputusan berani. (Reuters).

 

KEYWORD :

Ledakan Mengerikan Lebanon Israel Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :