Kamis, 26/12/2024 19:34 WIB

Pasukan Khusus Guinea Bubarkan Konstitusi

Pemimpin berusia 83 tahun itu menolak menjawab pertanyaan dari seorang tentara tentang apakah dia telah dianiaya.

Anggota Angkatan Bersenjata Guinewa berkendara melalui lingkungan pusat kaloum di Conkry pada 5 September 2021 setelah tembakan berkelanjutan terdengar. (Foto Cellou Beinani/AFP)

Conkry, Jurnas.com - Pasukan khusus Guinea merebut kekuasaan lewat kudeta pada Minggu (5/9), menangkap presiden dan memberlakukan jam malam tanpa batas di negara miskin Afrika barat itu.

"Kami telah memutuskan, setelah mengambil presiden, untuk membubarkan konstitusi," kata seorang perwira berseragam diapit oleh tentara yang membawa senapan serbu dalam sebuah video seperti dikutip dari AFP, Senin (6/9).

Petugas itu juga mengatakan bahwa perbatasan darat dan udara Guinea telah ditutup dan pemerintah dibubarkan.

Pada video lain menunjukkan Presiden Guinea Alpha Conde duduk di sofa dikelilingi oleh pasukan. Pemimpin berusia 83 tahun itu menolak menjawab pertanyaan dari seorang tentara tentang apakah dia telah dianiaya.

"Jam malam sampai pemberitahuan lebih lanjut," ujar pihak militer pada Sesambil mengatakan akan mengadakan pertemuan menteri kabinet Conde pada Senin siang. "Setiap penolakan untuk hadir akan dianggap sebagai pemberontakan," tambah pernyataan itu.

Gubernur negara itu dan pejabat tinggi lainnya akan digantikan oleh militer. Para anggota junta mengenakan baret dan mengenakan pakaian ketat, tanpa senjata yang terlihat.

Negara berpenduduk sekitar 13 juta orang salah satu negara termiskin di dunia meskipun memiliki sumber daya mineral yang signifikan telah lama dilanda ketidakstabilan politik.

Kepala pasukan khusus militer Guinea, Letnan Kolonel Mamady Doumbouya, yang muncul di televisi publik mengenakan bendera nasional, mengatakan salah urus pemerintah memicu kudeta.

"Kami tidak akan lagi mempercayakan politik kepada satu orang, kami akan mempercayakan politik kepada rakyat," kata Doumbouya. "Guinea itu cantik. Kita tidak perlu memperkosa Guinea lagi, kita hanya perlu bercinta dengannya," tambahnya.

 

Pemilihan presiden terbaru di Guinea, pada Oktober 2020, dinodai kekerasan dan tuduhan kecurangan pemilu. Conde memenangkan masa jabatan ketiga, setelah mendorong perubahan konstitusi pada Maret 2020, yang memungkinkannya menghindari batas dua masa jabatan negara.

Puluhan orang tewas dalam demonstrasi menentang masa jabatan ketiga untuk Conde, seringkali dalam bentrokan dengan pasukan keamanan. Ratusan lainnya ditangkap.

Conde diproklamasikan sebagai presiden pada 7 November tahun lalu, meskipun penantang utamanya Cellou Dalein Diallo dan tokoh oposisi lainnya mencela pemilihan itu sebagai tipuan.

Pemerintah menindak tegas, menangkap beberapa anggota oposisi terkemuka atas dugaan peran mereka dalam bersekongkol dengan kekerasan pemilu di negara itu.

Conde, mantan pemimpin oposisi yang pernah dipenjara dan dijatuhi hukuman mati, menjadi pemimpin pertama Guinea yang terpilih secara demokratis pada 2010, memenangkan pemilihan kembali pada 2015.

Dia selamat dari upaya pembunuhan pada tahun 2011. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, dia dituduh hanyut ke dalam otoritarianisme. (AFP)

KEYWORD :

Pasukan Khusus Guinea Kudeta Guinea Alpha Conde




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :