Ahmad Umar (Foto: Muti/Jurnas)
Jakarta, Jurnas.com - "Saya puas," demikian sepenggal kalimat singkat yang dilontarkan Ahmad Umar usai melepas jabatannya sebagai Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Kementerian Agama pada pertengahan Mei lalu.
Terhitung empat tahun sudah tenaga dan pikiran dia curahkan untuk direktorat yang membawahi lembaga pendidikan formal dasar dan menengah Islam se-Indonesia tersebut.
Kepuasan Umar bukan tanpa alasan. Perasaan itu mencuat karena dengan jabatan tersebut dia berhasil berbuat banyak hal untuk memajukan madrasah, yang dulu masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
Bagi Umar, kecintaan terhadap madrasah sudah mendarah daging. Pria kelahiran Grobogan, 9 Januari 1964 ini menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di madrasah, mulai dari MI Miftahul Islam Grobogan, hingga Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama di Demak, Jawa Tengah.
Baru selepas dari madrasah, Umar melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang (1990), Pascasarjana UNI Sunan Kalijaga Yogyakarta (1993), dan Doktoral UIN Kalijaga (2009).
"Jadi kecintaan saya kepada madrasah bukan karena saya sebagai direktur, tapi puncak kebahagiaan saya adalah di situlah saya jadi banyak berbuat, dari kebijakan kurikulum, kebijakan dalam kemahasiswaan, tatakelola madrasah, termasuk dana madrasah saya kelola," kata Umar saat ditemui Jurnas.com pada Rabu (9/6).
Berkisah tentang perjalanannya sebagai Direktur KSKK Madrasah, Umar menceritakan bahwa dia mendapatkan amanah tersebut pada 2017 silam menggantikan Direktur KSKK Madrasah sebelumnya, Muhammad Nur Kholis Setiawan.
Kala itu, alih-alih terburu-buru membuat program baru, Umar memilih untuk melanjutkan program-program sebelumnya yang menurutnya bermanfaat untuk perkembangan madrasah.
Namun berbagai program tersebut tidak dijalankan mentah-mentah, melainkan juga mendapatkan sentuhan inovasi yang disesuaikan dengan semangat masa kini. Rupanya, strategi ini cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi madrasah.
Salah satu contohnya, lanjut Umar, ialah program riset untuk siswa madrasah. Dulu program ini sudah ada, namun oleh Umar dielaborasi menggunakan model yang berbeda namun dengan substansi yang sama.
"Apa yang berbeda? Jadi dari awal siswa kita undang untuk mengikuti lomba. Mereka mengajukan proposal dan kita nilai, entah itu dari MTs atau MA. Selanjutnya mereka kita panggil ke Jakarta, diberikan pengalaman mengenai bagaimana menciptakan metode yang baik, prospek penelitian yang bagus, sehingga penelitian ke depannya lebih bagus. Jadi bukan sekadar berlomba, tapi memberikan masukan tentang watak seorang ilmuwan yang harus kritis," ujar Umar.
Program lainnya yang berhasil dimodifikasi oleh Umar termasuk Kompetisi Sains Madrasah (KSM). Di bawah kepemimpinan Umar, kompetisi bergengsi di kalangan madrasah ini ditingkatkan dari tes berbasis tulis menjadi digital atau daring (online).
"Ini yang saya anggap beda tapi tidak terlalu jauh. Jadi prinsip saya adalah mengembangkan yang sudah ada tetapi mengambil cara-cara yang lebih keren, lebih bergaya sains, dan yang jelas lebih populer," tutur ayah dua orang anak tersebut.
Tak cuma mengadopsi program lama, Umar selama menjabat sebagai Direktur KSKK Madrasah juga mengeluarkan berbagai program baru. Di antaranya Syiar Anak Negeri, Akademi Madrasah Digital, hingga kompetisi robotik.
Dua program terakhir mendapatkan perhatian lebih dari Umar, sebab bidang-bidang tersebut saat ini menjadi kebutuhan agar siswa madrasah dapat tetap bersaing di era teknologi digital.
"Dulu belum ada Akademi Madrasah Digital. Kami adakan. Karena sekarang zamannya teknologi digital. Aplikasi (startup, Red) menjadi hal yang baru, sehingga anak madrasah tidak boleh ketinggalan," kata Umar.
Sudah banyak program yang Umar berikan untuk pengembangan madrasah. Namun ada satu program yang telah ia rencanakan matang-matang, namun belum terlaksana sebab tak lagi menjabat sebagai Direktur KSKK Madrasah. Program itu ialah mendongkrak nilai PISA Indonesia, khususnya madrasah, setara dengan Malaysia dan Singapura pada 2022 mendatang.
Rencana program itu bukan isapan jempol belaka. Umar mengaku telah menggelar berbagai persiapan yakni dengan menggandeng sejumlah platform pembelajaran dari luar negeri, antara lain DragonLearn dari Rusia untuk meningkatkan literasi matematika, dan Elf Education dari Abu Dhabi.
"PISA itu harga diri bangsa kita, tetapi jarang sekali pejabat-pejabat yang berpikir itu. Kalau sudah dianggap jelek baru mau memikirkan," terang pemilik hobi tenis meja ini.
"Karena itu saya harap mudah-mudahan teman-teman masih tetap semangat semuanya, ingat pesan-pesan ini dan wujudkan," sambung dia.
Kini, madrasah tak lagi dipimpin oleh Umar. Namun jasanya untuk madrasah tak lekang begitu saja di benak siswa, guru, hingga kepala madrasah, yang menyampaikan ucapan terima kasih dan di antaranya memberikan gelar `Bapak Madrasah Indonesia` untuk Umar.
Dari seluruh testimoni itu pula, lahir sebuah buku berjudul `Bapak Madrasah Indonesia: Testimoni Atas Kinerja Dr. H. Ahmad Umar, M.A`, yang dirangkum dalam waktu singkat.
Tidak hanya dari kalangan civitas akademika, buku tersebut juga berisi testimoni dari sejumlah pejabat Kementerian Agama, mantan staf khusus Menteri Agama, perwakilan Google, hingga awak media.
"Judulnya berangkat dari isi testimoni. Jadi testimoni itu dikumpulkan dalam waktu yang singkat, tanpa direkayasa, dan mereka membicarakan tentang diri saya," ucap Umar.
Selepas mengakhiri jabatan Direktur KSKK Madrasah, Umar kini menjabat sebagai Kepala Pusat Pembinaan dan Pengawasan Jaminan Produk Halal, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kemenag.
KEYWORD :Ahmad Umar Bapak Madrasah Indonesia Sosok