Sabtu, 23/11/2024 18:13 WIB

Iran Produksi 120 Kg Uranium yang Diperkaya 20 Persen

Berdasarkan ketentuan kesepakatan nuklir, Iran dilarang memperkaya uranium di atas 3,67 persen dengan pengecualian kegiatan reaktor risetnya. Uranium yang diperkaya di atas 90 persen dapat digunakan dalam senjata nuklir.

Suar gas di platform produksi minyak di Iran [REUTERS / Raheb Homavandi /]

Teheran, Jurnas.com - Iran telah memproduksi lebih dari 120 kilogram uranium yang diperkaya 20 persen. Demikian kata kepala nuklir negara itu, jauh lebih banyak daripada yang dilaporkan pengawas nuklir PBB bulan lalu.

Mohammad Eslami mengatakan dalam sebuah wawancara dengan TV pemerintah Sabtu malam bahwa di bawah kesepakatan nuklir 2015 dengan kekuatan dunia, para penandatangan lainnya akan memberi Iran 20 persen uranium yang diperkaya yang dibutuhkan untuk reaktor risetnya.

"Tapi itu tidak disampaikan," katanya dikutip dari Arab News. Jika kami tidak memproduksinya sendiri, ini akan menjadi salah satu masalah kami."

Berdasarkan ketentuan kesepakatan nuklir, Iran dilarang memperkaya uranium di atas 3,67 persen dengan pengecualian kegiatan reaktor risetnya. Uranium yang diperkaya di atas 90 persen dapat digunakan dalam senjata nuklir.

Pada bulan September, Badan Energi Atom Internasional mengatakan cadangan uranium Iran yang diperkaya hingga kemurnian fisil 20 persen diperkirakan mencapai 84,3 kilogram naik dari 62,8 kilogram tiga bulan sebelumnya.

Para ilmuwan memperkirakan bahwa setidaknya 170 kilogram uranium yang diperkaya 20 persen diperlukan untuk membuat bom.

Kesepakatan nuklir yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan, atau JCPOA, menjanjikan insentif ekonomi Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya, dan dimaksudkan untuk mencegah Teheran mengembangkan bom nuklir. Teheran menegaskan programnya damai.

Amerika Serikat (AS) secara sepihak menarik diri dari kesepakatan pada 2018 di bawah Presiden Donald Trump saat itu, tetapi Inggris, Prancis, Jerman, China, dan Rusia telah mencoba untuk mempertahankan kesepakatan itu.

Strategi Teheran dengan sengaja melanggar kesepakatan itu dipandang sebagai upaya untuk menekan Eropa agar memberikan insentif untuk mengimbangi sanksi Amerika yang melumpuhkan yang diberlakukan kembali setelah penarikan AS.

Presiden Joe Biden mengatakan dia terbuka untuk bergabung kembali dengan pakta tersebut. Putaran terakhir pembicaraan di Wina berakhir pada Juni tanpa hasil yang jelas.

KEYWORD :

Mohammad Eslami Uranium yang Diperkaya Iran Pengawas Nuklir




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :