Minggu, 08/09/2024 07:32 WIB

Kementan Dorong Penyuluh Edukasi Petani untuk Kurangi Pengunaan Pupuk Kimia

Pada pupuk kimia terdapat bahan agrokimia yaitu semua input produksi pertanian yang bersumber dari sintesis bahan kimia, yang bertujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo bersama Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi. (Foto: Jurnas via BPPSDMP))

JAKARTA, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong penyuluh lapangan untuk mengedukasi petani agar tidak menggunakan pupuk kimia berlebihan. Seperti diketahui, saat ini, penggunaan pupuk kimia kini semakin banyak digunakan petani dilapangan.

Pada pupuk kimia terdapat bahan agrokimia yaitu semua input produksi pertanian yang bersumber dari sintesis bahan kimia, yang bertujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian.

Terdapat beberapa hal negatif berakibat pada tanaman dan lingkungan terkait penggunaan pupuk kimia. Jenis bahan agrokimia di antaranya pestisida, pupuk sintesis, hormon, agen pertumbuhan.

Efek negatif tersebut dipaparkan Kementerian Pertanian (Kementan) dalam Mentan Sapa Petani dan Penyuluh Pertanian (MSPP) volume 41, yang dilaksanakan secara virtual di AOR BPPSDMP, dengan tema Identifikasi Kontaminan dari Bahan Agrokimia, Jumat (5/11). 

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL), mengatakan bahwa dalam hal pertanian ada tiga hal yang harus diperhatikan. "Lahan yang digunakan harus clear bukan lahan sengketa, petani menggunakan mekanisasi pertanian dan memiliki program yang jelas. Bertani adalah orang-orang hebat," ujar Syahrul.

Syahrul juga menyarankan penggunaan pupuk organik untuk menggurangi petani menggunakan pupuk kimia, terutama penggunaan pupuk subsidi, karena pupuk subsidi tidak akan pernah mencukupi kebutuhan di lapangan.

"Pupuk subsidi dikeluarkan untuk mendukung aktivitas usaha tani para petani. Jadi tidak ada kebijakan menjual pupuk subsidi secara paket. Petani bisa mendapatkan pupuk tersebut sesuai dengan kebutuhannya," ujar Syahrul.

Sementara itu, Dedi mengatakan, akan terus mendorong penyuluh pertanian di lapangan melakukan edukasi kepada petani untuk menggurangi penggunaan pupuk kimia. Penyuluh juga dapat memanfaatkan Program IPDMIP.

"Lakukan pemupukan seperlunya saja, tidak usah berlebihan, jika pupuk berlebih malah bisa mencemari lingkungan," jelas Dedi.

Narasumber MSPP, Sukarjo yang merupakan Peneliti Balai Penelitian Lingkungan Pertanian menjelaskan pada paparannya dampak kontaminasi nitrogen diantaranya Methemoglobinema yaitu mengkonsumsi air minum dan makanan yang mengandung nitrat tinggi, terutama mempengaruhi bayi dalam transpor oksigen dalam darah.

Lebih lanjut Sukarjo mengatakan dampak lainnya kanker yaitu terekspos nitrosamine yang terbentuk dari reaksi amina dengan agen nitrous. "Kanker kulit meningkat dengan ekspose sinar ultraviolet karena lapisan ozon (O3) yang makin rusak," jelas Sukarjo.

Dampak lainnya yaitu keracunan nitrat yaitu pencernaan hewan ternak karena mengandung nitrat yang tinggi dalam air minum dan pakannya. "Saat ini terdapat kasus keracunan pestisida pada petani dikarenakan aplikasi pestisida tanpa perlindungan diri membahayakan kesehatan penggunanya," ujar Sukarjo.

Diharapkan dengan adanya informasi tentang akibat penggunaan pupuk kimia, dapat membuat petani tergerak untuk menggunakan pupuk alami seperti pupuk hayati dan organik dalam mengolah usaha taninya.

Informasi ini juga disebarluaskan melalui berbagai program Kementan, salah satunya dalam program Integrated Participatory Development Managament of Irrigation Project (IPDMIP) yang dilaksanakan di bawah Kementan.

KEYWORD :

BPPSDMP Penyuluh Pertanian




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :