Wakil Ketua MPR, Ahmad Basarah. (Foto: MPR)
Jakarta, Jurnas.com – Ahmad Basarah memuji peran besar yang dilakukan Muhammadiyah di usianya yang mencapai 109 tahun. Dia berharap, sebagai salah satu organisasi tertua dan sudah berdiri sebelum Indonesia merdeka, Muhammadiyah tetap menyemai gagasan moderasi Islam di Indonesia seperti yang selama ini dilakukan.
“Sejak berdirinya, Muhammadiyah memperjuangkan gagasan Islam moderat dengan mengembangkan berbagai aktivitas yang dikenal sebagai amal usaha dalam bidang pendidikan, rumah sakit, panti asuhan dan belakangan pemberdayaan kaum mustadhafin,” kata Ahmad Basarah, Kamis (18/11/2021).
Muhammadiyah hari ini berusia 109 tahun sejak didirikan KH Ahmad Dahlan pada 18 November 1912 di Yogyakarta. Organisasi ini kini memiliki 104 rumah sakit dan lebih dari 300 klinik dan unit pelayanan kesehatan di banyak daerah terpencil.
Organisasi ini juga memiliki 3.334 sekolah dan 167 perguruan tinggi, terdiri atas 65 universitas, 17 institut, 71 sekolah tinggi, tiga politeknik, tiga akademi, serta delapan Perguruan Tinggi `Aisyiyah. Muhammadiyah memiliki 10 fakultas kedokteran dengan 700 lulusan setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan tenaga dokter di daerah.
‘’Gerakan sosial Muhammadiyah di bidang pendidikan dan kesehatan sangat luar biasa. Muhammadiyah adalah organisasi non-pemerintah terbesar di dunia. Jika semua sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah terus menyebarkan moderasi Islam, saya optimis kebhinekaan di Indonesia akan terawat baik dan NKRI akan terjaga,’’ kata Ahmad Basarah.
Sebagai Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah juga berharap dengan spirit dan jiwa ‘’Islam Berkemajuan’’, Muhammadiyah terus istiqomah menjadi gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
Dia mengatakan, Muhammadiyah dan PDI Perjuangan memiliki ikatan sejarah yang kuat dan panjang karena para tokohnya sama-sama menjadi pendiri bangsa sekaligus benteng Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Muhammadiyah juga tak putus mengembangkan nilai-nilai utama dengan semangat taawun dan kebhinekaan.
"Muhammadiyah berdiri tahun 1912, diikuti NU tahun 1926, lalu PNI tahun 1927. Periode perjuangan itu merupakan satu tarikan napas. Bung Karno sebagai Presiden Pertama RI sekaligus Ketua PNI merupakan santri KH. Ahmad Dahlan dan pernah menjadi ketua Majelis Pengajaran Muhammadiyah Bengkulu. Saat meninggal keranda Bung Karno juga diselimuti panji-panji Muhammadiyah," tutur Ahmad Basarah.
Ketua Fraksi PDI Perjuangan itu menambahkan, Muhammadiyah selalu hadir setiap negara memanggil. Di masa awal ketika masih dibutuhkan perang fisik, Muhammadiyah di era kepemimpinan Ki Bagus Hadikusumo mendirikan Markas Ulama Angkatan Perang Sabil (MU-APS) pada 1948 untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari agresi militer Belanda.
“Ki Bagus Hadikusumo bersama tokoh Islam lainnya seperti Wahid Hasyim, Kasman Singodimejo, dan Teuku Mohammad Hassan juga memperlihatkan sikap kenegarawanan saat bersedia menerima usul menghilangkan tujuh kata di Piagam Jakarta demi menyelamatkan Indonesia yang baru seumur jagung dari ancaman disintegrasi bangsa,” ucap Ahmad Basarah.
Komitmen Muhamadiyah menjaga Pancasila dan NKRI, tambah Ahmad Basarah, dikuatkan dengan Putusan Muktamar ke-47 Muhamadiyah Tahun 2015 di Makassar, Sulawesi Selatan, yang menyebutkan Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah.
Di forum itu disepakati Negara Pancasila merupakan hasil konsensus nasional (dar al-ahdi) dan tempat pembuktian atau kesaksian (dar al-syahadah) untuk menjadi negeri yang aman dan damai (dar al-salam) menuju kehidupan yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat dalam naungan rida Allah SWT.
Pada masa pandemi, Muhammadiyah turut bergerak dengan amal usaha yang dimiliki bersama pemerintah melakukan perang terhadap siluman Covid-19. Dengan kekuatan amal usaha yang dimiliki, mulai rumah sakit, perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM), sekolah sampai panti asuhan, Muhammadiyah terus berpartisipasi mengatasi pandemi.
Saat pemerintah menggalakkan vaksinasi, Muhammadiyah tak ketinggalan membantu pemerintah mempercepat vaksin tidak saja kepada anggotanya tapi juga masyarakat umum, termasuk program vaksinasi lintas iman.
“Saya kira tepat jika Milad ke-109 tahun ini, Muhammadiyah mengusung tema Optimis Hadapi Pandemi COVID-19: Menebar Nilai Utama. Tanpa optimisme bangsa ini tidak akan pernah bisa keluar dari situasi sulit. Sebagai umat Islam yang memiliki kedekatan dengan Muhammadiyah meski saya salah satu pengurus NU, ikut bangga dengan apa yang dilakukan Muhammadiyah untuk bangsa dan negara,” pungkas Ahmad Basarah.
Dalam rangka Milad ke 109 ini, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan Resepsi Milad ke-109 yang digelar secara luring dan daring pada Kamis 18 November 2021. Secara luring resepsi digelar di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan peserta terbatas dan dengan protokol kesehatan yang ketat. Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan hadir secara daring dalam milad kali ini.
KEYWORD :Kinerja MPR Ahmad Basarah Muhammdiyah Muktamar