Suku anak dalam (viva.co.id)
Guru asal Bandung, Samiaji Sapto Wibowo menjelaskan bagaimana cara anak suku dalam belajar. Awalnya, anak-anak setempat kesulitan mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah formal. Selain karena tak terbiasa duduk diam di kursi, warga sekolah juga kerap memandang mereka sebelah mata.
"Mereka tidak bisa masuk sekolah formal. Alasannya karena banyak masyarakat sekitar yang membully mereka. Saat masuk, masyarakat transmigrasi banyak yang membully. Batin suku anak dalam enggak terima. Mereka diperlakukan seperti anak yang sangat bodoh," ujarnya di Jakarta, Minggu.
Atas dasar itu, anak-anak Suku Anak Dalam memilih tak memasuki sekolah formal. Di samping memang, masalah pendidikan belum menjadi prioritas kebutuhan mereka seperti pangan.
Sebelum kegiatan belajar dimulai, anak-anak yang terbagi dalam dua kelompok yakni Taman Kanak-kanak (usia 3-6 tahun) dan paket A (6 tahun ke atas) mendapatkan sarapan sekitar pukul 7.00 WIB.
"Meningkatkan minat belajar mereka ibarat kerja keras. Kebutuhan dasar mereka itu bagaimana perut kenyang. Salah satu alternatifnya, saya setiap hari memberi makan anak-anak. Agar mereka bisa terima materi, saya harus penuhi perut mereka," jelas Aji.
Setelah itu, mereka yang belum bisa mandi sendiri, dimandikan dan diberi seragam layaknya anak-anak yang belajar di sekolah formal. Aji mengaku tak mengikuti kurikulum yang diterapkan pemerintah, namun lebih menyesuaikan pada kebutuhan anak-anak di sana.
"Proses belajar, anak-anak bisa sambil tiduran, asal mereka fokus belajar. Ada meja tetapi tidak ada kursi. Karena mereka tidak nyaman, tidak terbiasa. Sekolah harus dibuat nyaman untuk mereka. Saya pernah masukan anak-anak di sekolah formal, mereka enggak bisa duduk diam," katanya.
Inovasi Aji berbuah manis. Selain membuat anak-anak setempat mau belajar dan perlahan memahami cara membaca, menulis dan berhitung, dia berhasil mendulang rezeki.
Belum lama ini sebuah perusahaan yang memfokuskan salah satu program CSR-nya pada pendidikan mengganjar inovasi Aji dengan penghargaan untuk kategori "Inovasi Karya Guru" dan uang sebesar Rp15 juta. Ant.
KEYWORD :Suku anak dalam samiaji