Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling (Foto: Ist)
Beijing, Jurnas.com - Pembangunan waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) secara massif, rupanya berdampak merusak pada habitat harimau dan macan tutul (jaguar). Demikian hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Communications Biology.
Para peneliti menemukan bahwa pembangunan bendungan, khususnya di Asia, mempengaruhi lebih dari seperlima harimau yang tersisa di dunia.
Di beberapa kawasan hutan setempat, bendungan PLTA malah mempercepat kepunahan harimau. Jaguar bahkan menghadapi ancaman empat kali lipatnya.
Terlepas dari reputasi ikonik dan menakutkan keduanya, harimau menghilang dari lebih dari 90 persen habitat aslinya selama satu abad terakhir.
Meskipun jumlahnya meningkat dalam beberapa tahun terakhir, harimau masih diklasifikasikan oleh IUCN sebagai spesies yang terancam punah, dengan total sekitar 3.500 ekor. Hal yang sama berlaku untuk jaguar.
Distribusi pemangsa yang lincah ini, yang berkisar antara barat daya AS dan Argentina, telah berkurang setengahnya.
Studi baru menunjukkan bahwa upaya global untuk mengembangkan PLTA berdampak merusak pada habitat yang ditempati oleh spesies ini.
Para peneliti mengidentifikasi lebih dari seribu bendungan yang ada, bersinggungan dengan barisan harimau dan jaguar.
"Lebih dari satu dari lima harimau mungkin telah terpengaruh oleh banjir habitat yang disebabkan oleh pembangunan bendungan," kata rekan penulis Ana Filipa Palmeirim, dari Universitas Porto.
"Dengan demikian, hilangnya habitat itu diharapkan berkontribusi pada penurunan ukuran populasi harimau secara keseluruhan," lanjut dia.
"Tanpa waduk ini, populasi harimau saat ini bisa 20 persen lebih besar," terang penulis Dr Luke Gibson, dari Universitas Sains dan Teknologi Selatan, di Shenzhen, China.
Pengembangan waduk pembangkit listrik tenaga air membutuhkan jalan dan konstruksi, yang merusak hutan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil.
Pada 1980-an, pembangunan bendungan dan waduk di Cheow Lan di Thailand membanjiri sekitar 165 kilometer persegi hutan, memecahnya menjadi lebih dari 100 pulau dengan berbagai ukuran.
"Tak lama setelah waduk banjir, harimau menghilang dari lanskap ini," ungkap Dr Gibson.
"Jadi penciptaan waduk besar di tengah lanskap membelah hutan itu menjadi petak-petak yang lebih kecil, dan karena itu, seringkali, harimau itu tidak akan bisa bertahan hidup di lanskap hutan yang terfragmentasi itu," tambah dia.
KEYWORD :Waduk PLTA Pembangunan Infrastruktur Populasi Harimau Macan Tutul Jaguar Punah