Kutub Utara (foto: Washington Post)
New York, Jurnas.com - Suhu tertinggi yang pernah tercatat di Kutub Utara sebesar 38 derajat celsius. Temuan ini menjadi lonceng bahaya atas perubahan iklim di Bumi.
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada Rabu (15/12) memverifikasi catatan tersebut, dilaporkan di kota Verkhoyansk, Siberia pada 20 Juni tahun lalu.
Dikutip dari BBC, suhu di Kutub Utara 18 derajat celsius lebih tinggi dari suhu rata-rata harian maksimum di wilayah itu, selama Juni lalu. Dikatakan, panas ekstrim itu "lebih cocok untuk Mediterania dari pada Arktik".
Ini adalah pertama kalinya WMO memasukkan Lingkaran Arktik dalam arsip laporan cuaca ekstremnya. WMO mengatakan suhu 38 celsius diukur di stasiun meteorologi selama "gelombang panas Siberia yang luar biasa dan berkepanjangan".
Panas ekstrem tahun lalu di wilayah tersebut berkontribusi pada penyebaran kebakaran hutan, yang menyapu hutan dan lahan gambut di Rusia utara, melepaskan jumlah karbon yang mencapai rekor.
Meskipun relatif umum di bulan-bulan musim panas, suhu tinggi dan angin kencang membuat kebakaran menjadi luar biasa parah.
Suhu tinggi di Siberia menyebabkan hilangnya es laut besar-besaran, dan memainkan peran utama sepanjang 2020 sebagai satu dari tiga tahun terpanas dalam catatan WMO.
"Catatan Arktik baru ini adalah salah satu dari serangkaian pengamatan yang dilaporkan ke arsip Cuaca dan Iklim Ekstrem WMO yang membunyikan lonceng alarm tentang perubahan iklim kita," kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas.
"Pemanasan ini sangat banyak disebabkan oleh perubahan sifat radiasi tanah dan lautan. Begitu kita memiliki lapisan salju, sifat radiasi permukaan sangat berbeda dari tanah gelap atau laut terbuka," jelas dia.
WMO menambahkan Lingkaran Arktik ke arsip Cuaca Dunia dan Iklim Ekstrem di bawah kategori baru, untuk suhu tinggi di wilayah tersebut.
Dikatakan pula, Kutub Utara adalah salah satu daerah dengan pemanasan tercepat di dunia, memanas lebih dari dua kali rata-rata global.
Pemanasan di Kutub Utara menyebabkan pencairan lapisan es yang pernah membeku secara permanen di bawah tanah.
Ini mengkhawatirkan para ilmuwan karena ketika lapisan es mencair, karbon dioksida dan metana yang sebelumnya terkunci di bawah tanah akan dilepaskan.
KEYWORD :Perubahan Iklim Kutub Utara Suhu Panas