Sebuah file gambar menunjukkan jet tempur Saudi mendarat di sebuah pangkalan di kerajaan. (Foto: AFP/Fayerz Nureldine)
RIYADH, Jurnas.com - Koalisi yang dipimpin Saudi pada Minggu menuduh Iran dan Hizbullah membantu pemberontak Houthi Yaman untuk meluncurkan rudal dan pesawat tak berawak di kerajaan, yang menewaskan dua orang.
Juru bicara koalisi Turki al-Malki mengatakan pada konferensi pers bahwa Houthi "memmiliterisasi" bandara Sanaa dan menggunakannya sebagai pusat utama untuk meluncurkan rudal balistik dan pesawat tak berawak ke arah kerajaan.
Malki menunjukkan kepada wartawan sebuah video yang menggambarkan markas besar ahli Iran dan Hizbullah di bandara. Dia menuduh, Hizbullah sedang melatih Houthi untuk menjebak dan menggunakan pesawat tak berawak.
Malki menunjukkan vidoe lain yang katanya menunjukkan seorang anggota Hizbullah menyimpan bahan peledak di pesawat tak berawak, dan seorang pria yang dia identifikasi sebagai pejabat Hizbullah mengatakan kepada anggota Houthi "kita harus memperkuat barisan kita".
Rekaman itu tidak dapat diverifikasi secara independen.
Dikutip dari AFP, kematian dua orang pada Jumat (24/12) malam akibat serangan rudal pemberontak di kota Saudi Jazan adalah kematian pertama di kerajaan itu dalam tiga tahun.
Pada Minggu (26/12), Malki mengatakan masyarakat internasional harus menghentikan tindakan bermusuhan oleh organisasi teroris ini, yang mengacu pada Hizbullah.
Sejak Januari 2018, kata dia Houthi telah meluncurkan 430 rudal balistik dan 850 drone ke Arab Saudi. Minggu pagi koalisi mengatakan telah menyerang sebuah kamp pemberontak Huthi di Sanaa, menghancurkan gudang senjata.
Pada Sabtu, koalisi meluncurkan operasi militer "skala besar" terhadap Huthi setelah serangan rudal pemberontak yang menghantam Jazan. Serangan koalisi menewaskan tiga warga sipil, termasuk seorang anak dan seorang wanita, kata petugas medis Yaman kepada AFP.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah mengkritik koalisi atas korban sipil dalam pemboman udara selama bertahun-tahun.
Koalisi mempertahankan operasinya dilakukan sesuai dengan hukum humaniter internasional, berulang kali mendesak Huthi agar tidak menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.
Malki juga menuduh duta besar Iran untuk Sanaa, yang meninggal karena COVID-19 pekan lalu setelah evakuasinya dari Yaman, memimpin perencanaan operasi militer di Marib, benteng terakhir pemerintah Yaman di utara.
Houthi memperingatkan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan menghadapi eskalasi dengan eskalasi.
Sementara itu, kekuatan dunia dan sekutu Arab Teluk mengutuk serangan mematikan pemberontak di Arab Saudi.
"Serangan Huthi melanggengkan konflik, memperpanjang penderitaan rakyat Yaman, dan membahayakan rakyat Saudi bersama lebih dari 70.000 warga AS yang tinggal di Arab Saudi," kata kedutaan besar Washington untuk Riyadh dalam sebuah pernyataan.
Ludovic Pouille, duta besar Prancis untuk Riyadh, di Twitter menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban "serangan barbar Huthi".
Koalisi telah mengintensifkan serangan udara di Sanaa, termasuk pekan lalu pada apa yang disebutnya "target militer" di bandara. Akibatnya, penerbangan bantuan PBB terganggu.
Para pemberontak sering meluncurkan rudal dan pesawat tak berawak ke Arab Saudi yang ditujukan ke bandara dan infrastruktur minyaknya.
Program Pangan Dunia PBB mengatakan telah "dipaksa" untuk memotong bantuan ke Yaman karena kekurangan dana, dan memperingatkan lonjakan kelaparan. (AFP)
KEYWORD :Koalisi Arab Saudi Iran Hizbullah Serangan Pemberontak Yaman