Jum'at, 27/12/2024 07:18 WIB

INTERNASIONAL

Eropa Khawatir, Kebencian Jadi Tren Global

Negara-negara di Eropa, bahkan di negara-negara yang dianggap makmur, memanfaatkan kebencian, kebencian pada kelompok yang tidak sesuai dengan kelompok yang lain, sebagai konsesi atas sebuah kekhawatiran.

Ilustrasi support untuk anti kebencian.(foto:tbaw)

Brussels - Menyusul mundurnya Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi, atas kekalahannya saat pemilihan "ya" atau "tidak" untuk reformasi konstitusi, memberikan ketakutan baru pada apra pemimpin di Uni Eropa. Ketakutan mereka dikaitkan dengan kemenangan Donald Trump, yang memoles kampanyenya dengan ujaran kebencian, yang membuat dunia bereaksi atas ucapan-ucapan Trump.

Para pemimpin Eropa beranggapan bahwa ketidakpuasan didorong atas sebagian dampak dari krisis global 2008, yang terus menekan hingga sekarang. Pada sisi lain, banyak munculnya kelompok-kelompok di negara Eropa, atas nama nasionalisme, lantas mengembangkan pernyataan yang ditumpangi kebencian berdasarkan kekhawatiran atas masa depannya.

Negara-negara di Eropa, bahkan di negara-negara yang dianggap makmur, memanfaatkan kebencian, terutama kebencian pada imigran, kebencian pada kelompok yang tidak sesuai dengan kelompok yang lain, sebagai konsesi atas sebuah kekhawatiran.

Angela Merkel, Kanselir Jerman, pada Selasa (6/12) telah membuat aturan untuk melarang jilbab yang menutup secara penuh (burqa), menyusul penetapan aturan tersebut di Belanda pekan sebelumnya. Hal ini dilakukan Merkel sebagai konsesi keputusannya untuk tetap menerima imigran terhadap pasukan sayap kanan Jerman.

Sementara itu di Perancis, menurut Mark Leonard, Kepala Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri, mengatakan bahwa jika Marine Le Pen, pemimpin Front Nasional, memenangkan pemilihan tentu sebuah kejutan besar, bahkan jauh lebih besar ketimbang Brexit.

Jika Le Pen terpilih, ia sudah bersumpah untuk keluar dari Uni Eropa, dan banyak pemimpin Eropa yang khawatir jiak memang benar Le Pen memenangkan pemilihan presiden pada Mei mendatang. Dan tentu saja di tengah meningkatnya kebencian yang menjadi trend global, para peimpin Eropa terus berupaya untuk meyakinkan mengapa harus tetap bersama Uni Eropa.

"Membuat kontra narasi yang memperhitungkan ketakutan dan sejumlah kepastian banyak orang, sementara mengubahnya menjadi sebuah narasi yang positif itu tidak mudah," tutur Janis Emmanoulidis, Direktur Penelitian pada Pusat Kebijakan Eropa di Brussels.[twp]

KEYWORD :

uni eropa internasional trend global kebencian




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :