Seorang tentara Prancis berdiri di belakang penjagaan pada 31 Oktober 2020 di Lyon dekat lokasi di mana seorang penyerang bersenjatakan senapan gergaji melukai seorang pendeta Ortodoks dalam penembakan sebelum melarikan diri. (AFP)
Paris, Jurnas.com - Prancis dan sekutu yang tergabung dalam kekuatan Eropa, mengumumkan penarikan pasukan dari Mali, setelah hampir satu dekade bercokol di negara tersebut.
Sebagaimana diketahui, pasukan Prancis dan sekutu terlibat dalam perang melawan militan ISIS di negara itu.
Dikutip dari BBC pada Kamis (17/2), penarikan ditempuh menyusul rusaknya hubungan diplomatik, di tengah meningkatnya permusuhan dari junta militer baru yang memerintah Mali. Pasukan akan dikerahkan kembali di seluruh wilayah Sahel Afrika.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Kamis pagi, negara-negara yang terlibat dalam Gugus Tugas Tabuka yang dipimpin Prancis, sepakat menetapkan rencana tetap berada di kawasan itu, terutama negara-negara Niger dan Teluk Guinea, pada Juni 2022.
"Dalam koordinasi yang erat dengan negara-negara tetangga, mereka juga menyatakan keinginan mereka untuk tetap terlibat di kawasan itu, sesuai dengan prosedur konstitusional masing-masing," bunyi pernyataan itu.
Keputusan tersebut berimplikasi keamanan yang besar bagi sejumlah negara yang terlibat dalam misi tersebut. Presiden Pantai Gading Alassane Ouattara memperingatkan bahwa penarikan pasukan menciptakan "kekosongan" yang akan menambah beban pemerintah daerah.
"Kami akan berkewajiban untuk meningkatkan kekuatan pertahanan kami dan meningkatkan perlindungan perbatasan kami," kata Ouattara.
Prancis Kelompok ISIS Mali Pasukan Sekutu