Minggu, 24/11/2024 00:40 WIB

PBB Ingatkan Dampak Global Mengerikan dari Invasi Rusia ke Ukraina

Peringatan mengerikan dibuat selama sesi Majelis Umum tahunan tentang

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan pidato selama Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss. Pada hari Jumat, ia mengumumkan UEA akan menjadi tuan rumah pertemuan persiapan menjelang KTT Iklim PBB

NEW YORK, Jurnas.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengingatkan, invasi Rusia skala penuh ke negara itu akan memiliki dampak global yang kemungkinan akan memicu "krisis pengungsi" baru.

Peringatan mengerikan dibuat selama sesi Majelis Umum tahunan tentang "wilayah Ukraina yang diduduki sementara" yang  diadakan di markas besar PBB di New York setiap tahun sejak Rusia mencaplok Krimea pada tahun 2014.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres memperingatkan, dunia sedang menghadapi momen bahaya atas krisis tersebut. "Jika konflik di Ukraina meluas, dunia dapat melihat skala dan tingkat keparahan kebutuhan yang tidak terlihat selama bertahun-tahun," katanya dikutip dari AFP.

"Sudah waktunya untuk menahan diri, alasan dan de-eskalasi," tambah Guterres, menekankan tidak ada ruang untuk tindakan atau pernyataan yang akan mengambil situasi berbahaya ini dari jurang.

Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, mengatakan invasi dapat menggusur sebanyak lima juta orang di atas tiga juta yang katanya telah dipengaruhi oleh aksi militer Rusia di Ukraina timur.

"Jika Rusia terus menempuh jalan ini, itu bisa - menurut perkiraan kami - menciptakan krisis pengungsi baru, salah satu yang terbesar yang dihadapi dunia saat ini," katanya.

Thomas-Greenfield menambahkan, karena Ukraina adalah salah satu pemasok gandum terbesar di dunia untuk negara berkembang, operasi militer Rusia dapat menyebabkan lonjakan harga pangan dan menyebabkan kelaparan yang lebih parah di tempat-tempat seperti Libya, Yaman, dan Lebanon.

"Gelombang pasang penderitaan akibat perang ini tidak terpikirkan," katanya.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba memohon kepada PBB untuk meminta pertanggungjawaban Moskow atas apa yang disebutnya serangannya terhadap prinsip-prinsip inti hukum internasional.

"Jika Rusia tidak mendapatkan tanggapan yang keras, cepat dan tegas sekarang, ini berarti kebangkrutan total sistem keamanan internasional dan lembaga internasional, yang bertugas menjaga ketertiban keamanan global," ujarnya.

"Ini adalah skenario suram, yang akan membawa kita kembali ke masa tergelap abad ke-20," katanya.

Kuleba menyebut klaim Rusia bahwa pihaknya bertindak untuk mencegah operasi militer yang direncanakan oleh Kyiv di daerah Donbas sebagai tidak masuk akal dan meminta Rusia untuk menarik pasukan dari tanah Ukraina.

"Kami orang Ukraina menginginkan perdamaian dan kami ingin menyelesaikan semua masalah melalui diplomasi," katanya.

Albania dan Amerika Serikat (AS) sedang mengerjakan resolusi resmi Dewan Keamanan PBB untuk mengutuk Rusia atas tindakannya terkait Ukraina, kata para diplomat kepada AFP, Rabu.

Resolusi itu pertama-tama akan diserahkan ke Dewan yang beranggotakan 15 orang, di mana dipastikan akan gagal karena hak veto Rusia. Resolusi kemudian dapat diajukan ke Majelis Umum PBB penuh, di mana tidak ada negara yang memiliki hak veto, tetapi resolusi Majelis tidak mengikat.

Skenario serupa terjadi setelah pencaplokan Krimea oleh Rusia pada tahun 2014; Moskow memveto resolusi Dewan Keamanan, tetapi sebuah tindakan diadopsi oleh Majelis.

Pada pertemuan Majelis Umum Rabu (23/2), semua 193 anggota PBB hadir, dengan sebagian besar berbicara menentang Moskow.

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengatakan ketegangan hari ini adalah akibat dari "kudeta" 2014 yang menggulingkan mantan perdana menteri pro-Rusia, Viktor Yanukovych. Ia mengatakan bahwa sejak itu, pemerintah Ukraina telah melakukan "genosida" di Donbas.

KEYWORD :

PBB Antonio Guterres Krisis Global Invansi Rusia Ukraina




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :