Seorang pria menggali garis kendali selama pekerjaan memadamkan kebakaran hutan di dekat desa Magaras di wilayah Yakutia, Rusia 17 Juli 2021. Reuters/Roman Kutukov
London, Jurnas.com - Hasil penelitian ilmuwan menemukan bahwa gumpalan asap kebakaran hutan dalam beberapa tahun terakhir, berkontribusi pada pemanasan di Kutub Utara (Arktik).
Dikutip dari BBC pada Minggu (20/3), penelitian menyebutkan bahwa partikel karbon coklat dalam asap melayang ke utara, dan menarik panas ke wilayah kutub. Inilah alasannya, Arktik memanas lebih cepat dari pada bagian planet lainnya. Ilmuwan khawatir efek ini kemungkinan akan meningkat.
Selama beberapa dekade terakhir, asap dari kebakaran hutan di Australia, Portugal, Siberia, dan AS telah mengubah warna langit. Asap berdampak pada kesehatan manusia, dan jumlah karbon yang dilepaskan oleh pembakaran telah membantu mendorong emisi ke tingkat rekor.
Para peneliti telah lama mengenal karbon hitam, partikel jelaga yang dikeluarkan dari mesin diesel, pembakaran batu bara, kompor memasak, dan sumber lainnya.
Aerosol ini, yang menyerap sinar matahari dan mengubahnya menjadi panas, dikenal sebagai penyumbang terbesar kedua pemanasan global. Dampak partikel-partikel ini di Kutub Utara dan di awan telah didokumentasikan dengan baik.
Petugas Pemadam dan Pejabat Kehutanan Chile Didakwa akibat Kebakaran Hutan Tiga Bulan Lalu
Namun, hal sama tidak dapat dikatakan untuk karbon coklat yang pada dasarnya berasal dari pembakaran pohon dan tumbuh-tumbuhan, dan pada tingkat yang lebih rendah dibuat dari bahan bakar fosil. Efek pemanasan dari zat yang kurang padat ini telah diabaikan atau diperkirakan dengan ketidakpastian besar dalam model iklim.
Untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang dampaknya, para peneliti melakukan perjalanan di sekitar lautan Arktik dengan kapal pemecah es Tiongkok, Xue Long, pada 2017 silam.
Sementara beberapa perkiraan sebelumnya menyebut karbon coklat bertanggung jawab hanya 3 persen dari efek pemanasan dibandingkan dengan karbon hitam, para ilmuwan menemukan bahwa itu menyebabkan kerusakan yang jauh lebih besar di wilayah kutub.
"Yang mengejutkan kami, analisis pengamatan dan simulasi numerik menunjukkan bahwa efek pemanasan aerosol karbon coklat di atas Kutub Utara mencapai sekitar 30 persen dari karbon hitam," kata penulis senior Pingqing Fu, ahli kimia atmosfer di Universitas Tianjin di China.
Studi tersebut menemukan bahwa kebakaran hutan adalah sumber utama bahan cokelat ini, berkontribusi dua kali lebih besar terhadap efek pemanasan karbon cokelat di Kutub Utara dari pada yang berasal dari bahan bakar fosil.
Para penulis percaya bahwa sementara karbon hitam telah memainkan peran utama, karbon coklat memiliki andil dalam pemanasan luar biasa yang dirasakan di wilayah Arktik dalam beberapa dekade terakhir.
Selama 50 tahun terakhir, bagian utara yang dingin telah memanas tiga kali lebih cepat daripada bagian planet lainnya. Faktor utama yang mendorong perbedaan ini adalah apa yang disebut amplifikasi Arktik.
Apa yang terjadi adalah es dan salju di permukaan perairan Arktik biasanya memantulkan sebagian besar sinar matahari kembali ke angkasa, tetapi saat es mencair, perairan yang lebih gelap menyerap lebih banyak panas, yang pada gilirannya melelehkan es lebih cepat.
Tetapi karena kebakaran hutan di lintang tengah dan utara telah meningkat saat dunia menghangat, studi baru ini menemukan bahwa karbon coklat dari sumber ini memiliki dampak yang meningkat di Kutub Utara.
Inilah yang digambarkan para ilmuwan sebagai lingkaran umpan balik, di mana dunia yang lebih hangat menyebabkan lebih banyak kebakaran, yang pada gilirannya menyebabkan lebih sedikit es dan lebih banyak panas.
"Peningkatan aerosol karbon coklat akan menyebabkan pemanasan global atau regional, yang meningkatkan kemungkinan dan frekuensi kebakaran hutan," kata Fu, menjelaskan cara kerja putaran umpan balik.
"Meningkatnya peristiwa kebakaran hutan akan mengeluarkan lebih banyak aerosol karbon coklat, semakin memanaskan bumi, sehingga membuat kebakaran hutan lebih sering terjadi," imbuh dia.
Seperti yang ditunjukkan oleh studi PBB baru-baru ini, kebakaran hutan kemungkinan akan meningkat hingga 50 persen pada pertengahan abad ini, sehingga ilmuwan meyakini tren karbon coklat ini kemungkinan akan meningkat.
KEYWORD :Kebakaran Hutan Kutub Utara Arktik Karbon Coklat