Tumpukan kelapa sawit saat melakukan panen di salah satu perkebunan di Indonesia. (Foto istimewa)
JAKARTA, Jurnas.com - Permintaan global akan minyak sawit kemungkinan akan beralih ke Malaysia setelah larangan ekspor Indonesia, tetapi para pelaku industri memperingatkan bahwa kekurangan tenaga kerja dapat menghambat produksi.
Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia, Zuraida Kamaruddin mengatakan, Malaysia harus dapat meningkatkan produksi minyak sawitnya dengan pembukaan kembali perbatasan negara.
"Saya yakin Malaysia siap dan mampu memasok minyak sawit ke pasar global karena produksi kami diperkirakan akan meningkat menyusul pembukaan kembali perbatasannya, yang memungkinkan perekrutan pekerja asing," kata Zuraida seperti dikutip Bernama.
Sebelumnya, Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mengatakan ekspor minyak goreng dan minyak sawit mentah (CPO) akan dihentikan mulai Kamis ini dalam upaya menstabilkan harga di dalam negeri.
"Pemerintah melarang ekspor minyak sawit yang digunakan untuk minyak goreng," kata Jokowi.
Masjid Punya Peran Khusus Rawat Kemerdekaan RI
Dalam beberapa bulan terakhir, harga minyak goreng di Indonesia melonjak di tengah kenaikan harga CPO global, mendorong pemerintah untuk menerapkan pagu harga dan pembatasan ekspor.
Dalam acara terpisah pada Minggu, Wakil Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Wee Jeck Seng mengatakan produksi minyak sawit lokal saat ini dipengaruhi oleh masalah kekurangan tenaga kerja yang sedang berlangsung, dan karena itu tidak mungkin Malaysia akan mampu memenuhi tingginya kesenjangan permintaan ekspor yang ditinggalkan Indonesia.
"Ketidakseimbangan permintaan dan penawaran ini akan membuat harga minyak sawit dan minyak pesaing lainnya melonjak," katanya seperti dikutip Bernama.
Wee mengatakan pada tahun lalu, minyak sawit Indonesia masing-masing menyumbang 59 persen dan 56 persen dari produksi dan ekspor minyak sawit dunia, menambahkan bahwa ekspor minyak sawit Indonesia mewakili 30 persen dari total ekspor minyak dan lemak dunia.
"Dengan demikian, langkah drastis yang diambil oleh Indonesia ini pasti akan berdampak besar pada negara lain, terutama importir utama kelapa sawit seperti China, India dan Uni Eropa," katanya usai menghadiri acara buka puasa bersama para Muslim di daerah pemilihannya.
Wamenhub menambahkan, langkah pemerintah Malaysia untuk mengatur pengendalian harga dan harga pagu minyak goreng sawit juga dapat membantu melindungi konsumen dari dampak lonjakan harga minyak sawit di pasar global.
Namun, Wee mengatakan bahwa ini juga berarti bahwa pemerintah harus menanggung biaya subsidi minyak goreng yang lebih tinggi karena kenaikan harga minyak sawit di pasar untuk memastikan kesejahteraan dan kepentingan konsumen Malaysia terlindungi.
Sementara itu, Malaysian Palm Oil Association (MPOA) mengatakan larangan ekspor Indonesia kemungkinan akan menguntungkan industri kelapa sawit Malaysia.
The Star mengutip CEO MPOA Nageeb Wahab yang mengatakan bahwa dia membayangkan industri minyak sawit lokal akan dapat meraup pendapatan ekspor yang lebih tinggi tahun ini, terutama dalam dua hingga tiga bulan ke depan.
Direktur Jenderal Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) Ahmad Parveez Ghulam Kadir mengatakan bahwa setiap perubahan kebijakan oleh Indonesia pasti akan mempengaruhi Malaysia karena Malaysia adalah produsen dan pengekspor minyak sawit terbesar kedua setelah Indonesia.
"Larangan itu pasti akan membuat sebagian besar permintaan minyak sawit global beralih ke Malaysia,” katanya, seperti dikutip dari Star.
Namun, ia juga mencatat bahwa Malaysia menghadapi masalah dengan pasokan minyak sawit karena kekurangan tenaga kerja yang parah dan negara tersebut mungkin tidak dapat menyerap banyak dari kelebihan permintaan global.
Sumber: Channel News Asia
KEYWORD :Malaysia Minyak Sawit Global Larangan Ekspor Indonesia Minyak Goreng