Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu. (Biro Humas Kemenkeu)
Jakarta, Jurnas.com - Pemulihan ekonomi nasional berpotensi terus menguat, setelah Produk Domestik Bruto (PDB) tercatat tumbuh 5,01 persen year on year pada kuartal I 2022. Hal itu disampaikan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu.
"Sejumlah indikator dini (leading indicators) perekonomian terus menunjukkan tren yang menjanjikan. PMI Indonesia per April yang meningkat ke level 51,9 menunjukkan konsistensi ekspansi sektor manufaktur nasional," kata Febrio dalam keterangan resmi, Senin (9/5/2022)
Keberlanjutan pemulihan ekonomi yang semakin kuat juga diperkirakan terjadi di bulan Ramadhan dan Idul Fitri, yang meningkatkan konsumsi masyarakat.
Kapasitas produksi terpakai manufaktur juga telah mencapai 72,45 persen pada kuartal I 2022 atau mulai mendekati rata-rata kapasitas produksi di 2019 atau sebelum pandemi yang sekitar 75,36 persen. Di tengah konflik geopolitik yang tengah terjadi, permintaan ekspor atas produk manufaktur Indonesia, khususnya produk berbasis komoditas, terus mengalami peningkatan.
"Seiring dengan tren ekspansi tersebut, pembukaan lapangan kerja baru diharapkan semakin masif dan diiringi dengan peningkatan upah pekerja. Tren ini diharapkan dapat terus berlanjut sehingga perekonomian nasional semakin kuat dan kokoh," imbuh Febrio.
Inflasi pada April 2022 yang mencapai 3,47 persen year on year juga menunjukkan peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat.
"Mobilitas yang tinggi terjadi seiring izin mudik Lebaran setelah dua tahun dilakukan pembatasan mobilitas, mendorong kenaikan tarif angkutan udara dan antarkota. Meskipun demikian, peningkatan laju inflasi ini masih terjaga di dalam rentang sasaran inflasi nasional yaitu 2 sampai 4 persen dan sejalan dengan outlook Kementerian Keuangan," katanya.
Pemerintah akan terus mengantisipasi risiko pandemi COVID-19 dan peningkatan gejolak perekonomian global dengan menjadi libur Lebaran 2022 sebagai tolok ukur kesiapan Indonesia dalam bertransisi menghadapi endemi.
“Dalam mengantisipasi dinamika ke depan, APBN terus didorong sebagai shock absorber untuk tetap menjaga pemulihan ekonomi agar tetap berlanjut dan semakin menguat, menjaga penanganan kesehatan, dan melindungi daya beli masyarakat miskin dan rentan, serta menjaga agar pengelolaan fiskal lebih sehat dan berkelanjutan dalam jangka menengah," tutup Febrio.
KEYWORD :Febrio Kacaribu pemulihan ekonomi PDB