Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi berbicara pada konferensi pers di Warsawa, Polandia 4 April 2022. (File foto: Reuters)
JAKARTA, Jurnas.com Menteri Luar Negeri Jepang pada Rabu mendesak Beijing untuk memainkan peran yang bertanggung jawab atas invasi Rusia ke Ukraina dalam pembicaraan pertamanya dengan mitranya dari China dalam enam bulan.
Jepang telah bergabung dengan sekutu Barat dalam menerapkan sanksi keras terhadap Rusia atas krisis Ukraina, sementara Beijing telah menolak untuk mengutuk invasi Moskow.
Menteri Luar Negeri Jepang, Yoshimasa Hayashi mengatakan kepada rekannya dari China Wang Yi bahwa invasi Rusia "merupakan pelanggaran yang jelas terhadap Piagam PBB dan hukum internasional lainnya,” kata Kementerian Luar Negeri Jepang dalam sebuah pernyataan.
Serangan ke Kursk Hancurkan Tiga Jembatan, Presiden Ukraina Sebut Pembalasan Rusia hanya Gertakan
"Ia mendesak China untuk memainkan peran yang bertanggung jawab dalam menjaga perdamaian dan keamanan internasional," tambahnya.
Pembicaraan itu adalah yang pertama antara kedua menteri luar negeri sejak November, menurut Jepang, terjadi karena meningkatnya kekhawatiran tentang ketegangan geopolitik.
Sesekali Bentrok soal Batas Laut Cina Selatan, Tiongkok-Vietnam Menandatangani 14 Kesepakatan
China dan Rusia dianggap meningkatkan koordinasi, dengan Beijing dengan tegas menolak untuk bergabung dengan protes atas invasi Moskow, meskipun telah berjanji untuk tidak menghindari sanksi atas perang.
Pembicaraan itu dilakukan saat Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden dijadwalkan tiba di Jepang minggu ini setelah singgah di Seoul.
Ia akan mengadakan pembicaraan bilateral dengan Perdana Menteri Fumio Kishida dan menghadiri pertemuan kelompok Quad yang mencakup Australia dan India.
Pengelompokan itu dipandang dimaksudkan untuk menekan China karena membangun kekuatan ekonomi dan militernya di wilayah tersebut.
Kementerian luar negeri China membalas setelah pembicaraan pada hari Rabu, dengan mengatakan pihaknya berharap Jepang “akan belajar dari pelajaran sejarah, fokus pada perdamaian dan stabilitas regional, dan bertindak dengan hati-hati.”
"Kerja sama bilateral antara Jepang dan Amerika Serikat tidak boleh memprovokasi konfrontasi antar kubu, apalagi membahayakan kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan China," katanya dalam sebuah pernyataan.
Jepang memandang meningkatnya ketegasan militer Beijing dengan keprihatinan, dan Hayashi mengangkat isu-isu termasuk pulau-pulau yang disengketakan antara negara-negara dan situasi di Laut China Timur dan Selatan dalam pembicaraan dengan Wang.
Tetapi China juga merupakan mitra dagang terbesar Tokyo dan Jepang ingin menghindari terseret ke dalam perselisihan antara Beijing dan Washington.
Hayashi mengatakan China dan Jepang harus mengatakan apa yang perlu dikatakan dan terlibat dalam dialog, memperingatkan bahwa hubungan bilateral menghadapi berbagai kesulitan dan bahwa opini publik di Jepang sangat parah terhadap China.
KEYWORD :Jepang China Rusia Krisis Ukraina