Kepala SMA YPK Diaspora, Alfrets (Foto: Muti/Jurnas.com)
Jakarta, Jurnas.com - Manfaat program Sekolah Penggerak dirasakan betul oleh Alfrets, Kepala SMA Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) Diaspora, Kotaraja, Jayapura. Menurut dia, program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) yang merupakan bagian dari kebijakan Merdeka Belajar ini, mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.
SMA YPK Diaspora Kotaraja berstatus Sekolah Penggerak sejak tahun lalu. Alfrets menerangkan, ada banyak perubahan yang terjadi, terutama para guru yang mendapatkan manfaat dari program ini. Salah satunya, perubahan paradigma pembelajaran di dalam kelas.
"Terjadi peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang dalam hal ini guru. Guru kami latih dan berikan pemahaman, terkait paradigma baru pembelajaran, dan bagaimana mulai melakukan asesmen pembelajaran," terang Alfrets saat ditemui di SMA YPK Diaspora pada Senin (13/6).
Kini, lanjut Alfrets, guru di SMA YPK Diaspora juga tidak hanya terpaku pada media pembelajaran yang konvensional. Sejumlah platform digital turut dimanfaatkan untuk menunjang pembelajaran di kelas, termasuk akun belajar.id dan platform Merdeka Mengajar.
Terkait digitalisasi ini, Alfrets mengaku bersyukur. Dia menceritakan, pada 2020 lalu ketika Indonesia mulai berhadapan dengan pandemi Covid-19, pihaknya mengaku kesulitan menerapkan pembelajaran. Pasalnya, kemampuan digitalisasi para guru masih sangat minim.
"Mungkin hanya satu atau dua guru yang fasih menggunakan IT. Waktu berjalan, masuk intervensi program Sekolah Penggerak. Dengan upaya dan kerja keras, akhirnya kami berupaya melakukan proses pembelajaran dengan akses digitalisasi," beber dia.
Perubahan yang juga terlihat dari program Sekolah Penggerak di SMA YPK Diaspora ialah pembelajaran yang berbasis diferensiasi. Artinya, guru melakukan asesmen terkait minat dan kapasitas peserta didik, sehingga penanganannya tidak dilakukan secara seragam.
Menurut Alfrets, diferensiasi ini bermanfaat untuk memetakan kemampuan peserta didik, yang memiliki latar belakang budaya dan sosial yang beragam. Ini juga didukung dengan pembelajaran yang dulunya berpusat pada guru, namun kini berpusat pada siswa.
"Dulu, anak-anak malas bertanya. Kalau disuruh bertanya takut, malu. Sekarang, karena pembelajaran pusatnya di mereka, mereka senang dan bisa kritis dengan situasi pembelajaran," kata Alfrets
Anggota Yayasan Pendidikan Kristen, Maks Kagu` mengapresiasi hadirnya program Sekolah Penggerak. Menurut dia, program ini seiring dengan nilai yang diemban oleh YPK, yakni lulusan harus unggul, menjadi teladan, memiliki kearifan lokal, dan mandiri.
"Kerinduan kami setelah lahirnya program Sekolah Penggerak dan konsentrasi pada pembelajaran yang merdeka, kami sambut dengan bangga. Dan komitmen YPK bukan hanya sekadar mitra, namun juga lembaga pendiri, pembina, dan penanggung jawab. Maka cakupannya ada tiga, yakni ranah akses, mutu, dan tata kelola," ujar Maks.
KEYWORD :Sekolah Penggerak SMA YPK Diaspora Papua Kemdikbudristek