Sabtu, 23/11/2024 22:33 WIB

Kepala Perpusnas Ungkap Gambaran Miris Literasi Indonesia

Kepala Perpusnas Ungkap Gambaran Miris Literasi Indonesia

Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando mengungkapkan gambaran miris kondisi literasi di Indonesia, akibat kurangnya jumlah buku di masyarakat.

Dia mengatakan, saat ini satu buku ditunggu oleh 90 orang. Sementara standar internasional mengharuskan tiga buku baru per orang setiap tahunnya.

"Oleh karena itu, saya mengajak kepada seluruh perguruan tinggi agar turut andil dalam mengatasi kekurangan terbitan buku ini," pesan Syarif Bando dalam kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) yang digelar di Universitas Nusa Petra, Kabupaten Sukabumi, Rabu, (20/7/2022).

Dia menambahkan, pengetahuan tidak hanya didapatkan di bangku kuliah dengan memenuhi satuan kredit semester (SKS). Mahasiswa harus mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya dari perpustakaan.

"Saya yakin perguruan tinggi sanggup menghasilkan lulusan yang berliterasi tinggi yang mampu menghasilkan barang dan jasa sekaligus menciptakan lapangan kerja baru," imbuh dia.

Anggota Komisi X DPR RI, Desy Ratnasari menyebut kegemaran membaca dapat dibangun dengan menetapkan tujuan yang ingin dicapai dari membaca.

Melalui buku, didapat informasi dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Dengan membaca, tercipta individu yang hebat dan cerdas.

"Contoh, ibu-ibu yang suka ngaji. Ada tujuan kan, awalnya untuk apa. Lama-lama suka dengerin, jadi ada manfaatnya untuk kehidupan. Sama dengan urusan dunia melalui perpustakaan. Paling tidak, kita bisa membantu anak-anak kita dalam mengerjakan tugas," ucap Desy.

Legislator Fraksi PAN ini menambahkan, sumber daya manusia yang berdaya saing dan unggul, memiliki skill dan tidak terbatas oleh usia. Menurut dia, kemampuan inilah yang harus dimunculkan melalui perpustakaan.

"Saya mengharapkan perpustakaan menjadi tempat taklim dan pembelajaran bagi semua lapisan masyarakat. Menjadi manusia berdaya saing itu tidak terbatas pada usia. Maka itu, kemampuan literasi tidak cukup sekedar bisa baca, tetapi dimanfaatkan dan diterapkan," tambah Desy.

Sementara itu, Wakil Bupati Sukabumi, Iyos Somantri, mengakui daerahnya membutuhkan tempat memenuhi kebutuhan masyarakat, terkait literasi dan melakukan kegiatan membaca. Terlebih literasi dan membaca memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Kami siap menerima bantuan dana alokasi khusus untuk membuat kantor perpustakaan yang representatif. Lahan pun kami sudah siapkan, termasuk detail engineering design-nya atau DED," urai Iyos.

Kebutuhan gedung layanan perpustakaan menjadi kebutuhan mengingat Sukabumi merupakan kabupaten terluas di Pulau Jawa dan Bali, setelah Banyuwangi. Jumlah penduduknya cukup banyak, 2,7 juta jiwa tersebar di 47 kecamatan.

Ikhtiar menggelorakan semangat membaca demi kecerdasan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Sukabumi juga disuarakan Bunda Literasi Kabupaten Sukabumi, Yani Jatnika Marwan Hamami.

Yani mengatakan ketika berbicara literasi, maka peran keluarga menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan, utamanya peran ibu dalam mencetak generasi muda milenial di era digital.

Literasi di keluarga bermula dari fase perkembangan anak. Orang tua harus menumbuhkembangkan kecintaan anak terhadap buku. Selain itu juga, orang tua dituntut paham perkembangan teknologi terkait pengembangan literasi di era digital kepada anak.

"Sebagai role model utama orang tua wajib memberikan buku, membacakan buku dan mendongeng kepada anak sehingga imajinasi anak terbentuk. Yuk, sama-sama benahi keluarga kita dulu. Kita tidak akan menjadi negara literat, sebelum keluarga kita menjadi literat," tutup dia.

KEYWORD :

Literasi Perpustakaan Nasional Perpusnas Muhammad Syarif Bando




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :