Habib Syakur bin Ali Mahdi Al Hamid
JAKARTA - Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur bin Ali Mahdi Al Hamid meminta pemerintah jangan lemah dan memberi kesempatan kepada kelompok radikal intoleran dalam menyebarkan paham khilafah di Indonesia.
"Radikalisme dan kelompok pro-khilafah jangan diberi ruang. Pemerintah harus tegas dan beri efek jera kelompok radikal ini dengan hukuman yang keras," ujar Habib Syakur kepada awak media di Jakarta, Sabtu (6/8/2022).
Habib Syakur mengingatkan Polri agar jangan lemah dalam menyerukan deradikalisasi. Bagi Habib Syakur, konteks deradikalisasi bukan lagi sebatas menangkap mereka yang menggerakkan kelompok radikal, tapi masyarakat yang terpapar ataupun setengah terpapar pun harus diberikan program deradikalisasi.
"Program deradikalisasi ini bukan sebatas membuat insaf (sadar) para penggerak khilafah. Tapi lakukan deradikalisasi kepada masyarakat secara menyeluruh. Sebab paham khilafah ini sudah hidup di tengah masyarakat kita," jelasnya.
"Dari 270 juta masyarakat Indonesia, saya berani katakan 200 juta terpapar. Makanya, kalau pemerintah secara intensif melakukan deradikalisasi door to door ke masyarakat, otomatis mereka akan sadar. Jadi bukan cuma nangkep pimpinan dan penggerak saja," tandas Habib Syakur.
Sesekali Bentrok soal Batas Laut Cina Selatan, Tiongkok-Vietnam Menandatangani 14 Kesepakatan
Jika radikalisasi ini tidak ditangani, Habib Syakur pesimis 2024 akan menjadi ajang persatuan bangsa dengan pemilu serentak yang dilakukan. Ia menilai tak ada tokoh yang setegas Jokowi untuk mengalahkan penyusup dari kelompok radikal intoleran.
"Saya pesimis 2024 penerus Jokowi akan tegas menghadapi kelompok radikal intoleran. Kalau tidak mulai sekarang ditumpas, akan lebih besar dan kuat gerakan mereka (kelompok pro-khilafah, red)," jelasnya.
Lebih jauh Habib Syakur menilai kelompok pro-khilafah di Indonesia kerap memutarbalikkan fakta, seolah-olah Indoensia ini terjadi islamofobia. Padahal Islam Indonesia ini sangat toleran dan teguh pada Pancasila.
"Islamofobia ini kan dicetuskan Amerika. Dibawa-bawa ke Indonesia. Padahal kalaupun kita Islamofobia, islamofobianya itu ya ke kelompok Wahabi itu. Karena itu adalah monster beragama. Bukan Islamofobia kepada Islam yang benar, yang dibawa Rasulallah Muhammad SAW yang rahmatan lil alamiin," jelasnya.
Terakhir, Habib Syakur menilai Indonesia hingga hari ini bisa menangkal kelompok radikal intoleran karena Presiden Jokowi, Menteri Luar Negeri, dan Menteri Perekonomiannya disegani di Dunia.
Sementara sebagian besar Parpol. Jelas Habib Syakur, justru lebih permisif terhadap kelompok radikal bahkan ada yang menampung kelompok penyebar khilafah Ibnu Taimiyah itu di dalam partainya.
"Kalau saya lihat, paling ada satu atau dua partai saja yang tak kompromi dengan kelompok radikal ini. Selebihnya saya lihat mudah disusupi. Itulah makanya saya pesimis 2024 akan lahir mampu yang mampu meneruskan estafet kepemimpinan bangsa yang tangguh dengan Pancasila dan anti-radikalisme khilafah," tuntas Habib Syakur.
KEYWORD :Habib Syakur bin Ali Mahdi Al Hamid Radikalisme Khilafah